Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Erani Yustika menilai dukungan terhadap pelaku usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) patut dikedepankan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.
Erani juga mengimbau bank sebaiknya tak kelewat menahan diri, mengingat data juga menunjukkan bahwa risiko kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) UMKM pun masih tergolong rendah.
"Dalam praktiknya, data menunjukkan kredit macet untuk UMKM itu persentasenya kecil bahkan di bawah usaha besar. Saya harap perbankan tidak mengurangi dukungan terhadap UMKM dalam situasi yang seperti sekarang, karena mereka bukan kelompok yang memiliki risiko tinggi," tuturnya dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Rabu (18/11/2020).
Dorongan agar perbankan lebih aktif menyalurkan bantuan kepada UMKM juga disuarakan oleh ekonom asal Universitas Islam Indonesia (UII) Dendy Irawan. Dia menilai perbankan masih terlalu selektif. Padahal, menurutnya, mempergencar bantuan terhadap UMKM sama sekali tidak akan merugikan perbankan.
“Untuk saat ini perbankan tentu selektif dalam penyaluran kredit. Kualitas lebih penting daripada kuantitas, karena risiko dari khususnya lonjakan CKPN meningkat sebagai dampak restrukturisasi. Meski OJK memperbolehkan untuk CKPN tidak naik, tapi bank realitanya telah memitigasi risikonya sendiri dengan meningkatkan CKPN,” tuturnya.
Menurut Dendy pemerintah pun perlu semakin responsif mendorong penguatan modal bank-bank yang punya portofolio besar di sektor UMKM.
Kontribusi UMKM pada pertumbuhan ekonomi Indonesia memang harus diakui begitu besar. Saat mengisi peresmian program pelatihan digitalisasi manajemen halal bagi UMKM akhir Oktober lalu, Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan bahwa saat ini UMKM sudah mencakup 99 persen jumlah unit usaha di Indonesia.
Ma'ruf juga menyebut bahwa UMKM telah memberikan kontribusi 97 persen penyerapan tenaga kerja. Sementara secara total, kontribusi UMKM pada perekonomian ditaksir menyentuh 60 persen.
"Serta, UMKM adalah penyumbang 58 persen dari total investasi, dan 14 persen dari total ekspor," kata Ma'ruf saat itu.
Dalam anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2020, pemerintah menganggarkan stimulus sebesar Rp123,46 triliun. Adapun bila mengacu paparan Kementerian Keuangan per 14 Oktober 2020, realisasi anggaran tersebut berkisar Rp92,6 triliun atau 75 persen.