Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Digerogoti Corona, Kontraksi Laba Perbankan 2020 Tak Terhindarkan

OJK sebelumnya memperkirakan penurunan laba untuk 2020 mencapai 30 persen hingga 35 persen.
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -- Kontraksi laba bersih perbankan pada 2020 diramal tak bisa dihindari seiring dengan kondisi pelemahan ekonomi akibat pandemi dan penyisihan pencadangan yang masih agresif.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangaan (OJK), laba bersih perbankan per Oktober 2020 telah terpangkas 29,16 persen menjadi Rp92,64 triliun.

Tren ini lebih dalam dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya yakni September dan Agustus yang masing-masing terpangkas 27,6 persen dan 18,26 persen (yoy).

Namun, jika diselisik lebih dalam, penurunan tren pendapatan bunga bersih perbankan masih tergolong moderat yakni -2,42 persen menjadi Rp313,35 triliun.

Adapun, OJK pun sebelumnya memperkirakan penurunan laba untuk 2020 mencapai 30 persen hingga 35 persen.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menyampaikan upaya window dressing untuk mempercantik laporan keuangan merupakan hal biasa dilakukan oleh perbankan.

Namun, untuk tahun buku 2020, upaya tersebut tampak tak begitu agresif dilakukan, sehingga pemangkasan laba bersih perbankan lebih dalam pada akhir tahun menjadi tak terhindarkan.

Lagipula, kredit perbankan per November telah terpangkas 1,39 persen yang mengartikan pendapatan bunga bersih akan terpangkas lebih dalam lagi pada akhir tahun ini.

"Menimbang penyaluran kredit yang turun sangat tajam, dikhawatirkan upaya windows dressing tidak akan cukup membantu. Pada akhirnya bank-bank harus menerima penurunan laba yang lebih besar untuk tahun buku 2020," katanya kepada Bisnis, Senin (4/1/2021).

Di samping itu, Piter menyampaikan upaya restrukturisasi juga masih sangat pesat dilakukan oleh perbankan selama periode akhir tahun ini. Restrukturisasi yang lebih ini pun akan membuat banyak potensi pendaptan bunga menjadi tertahan.

Hingga 30 November, total kredit restrukturisasi Covid-19 mencapai Rp951,2 triliun dari sekitar 7,53 juta debitur di perbankan yang terdiri dari 5,80 juta debitur UKM dengan nilai Rp382 triliun dan 1,73 juta debitur nonUKM dengan nilai Rp569,2 triliun.

Setali tiga uang, Direktur PT Anugerah Mega Investama sekaligus dosen FEB Trisakti dan MET Atmajaya Hans Kwee pun memperkirakan pemangkasan laba lebih dalam akan terus berlanjut hingga akhir 2020.

Dia menyampaikan beberapa bank sudah mulai dapat melakukan kalibrasi bisnisnya dengan mengarah pada segmen UMKM dan konsumer yang memiliki margin tinggi.

Namun, dia mengatakan pendapatan dari segmen korporasi sangat tertekan dan belum dapat mengkompensasi pendapatan bunga secara keseluruhan.

Di luar itu, Hans menjelaskan upaya peningkatan pencadangan perbankan pun masih berlanjut.

"Pencadngan ini justru yang sangat perlu diperhatikan. Karena ini sangat bergantung pada persepsi masing-masing bank dan perbankan memang lebih cenderung wait and see dengan meningkatkan pencadangannya," sebutnya.

Hans melanjutkan tren percetakan laba tahun depan pun akan menantang. Hanya saja, pemulihan ekonomi sekaligus distribusi vaksin harus terealisasi secara optimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper