Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

YLKI: Kepuasan Layanan BPJS Kesehatan Terfokus pada Kelompok PBI

Apabila survei tingkat kepuasan layanan kesehatan itu ditanyakan kepada peserta mandiri dan penerima upah maka tingkat kepuasan akan menurun.
Pegawai melayani peserta BPJS Kesehatan di Jakarta, Senin (13/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pegawai melayani peserta BPJS Kesehatan di Jakarta, Senin (13/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan, kepuasan layanan terfokus pada peserta penerima bantuan iuran.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan kepuasan layanan hingga menyentuh nilai 85 baru terfokus kepada peserta penerima bantuan iuran (PBI) karena selama ini kelompok tersebut kurang mendapatkan akses layanan kesehatan yang baik.

"Ketika ada JKN-KIS mereka bisa mengakses sehingga tingkat kepuasannya sangat tinggi," katanya dilansir Antara, Kamis (7/1/2021).

Namun, apabila survei tingkat kepuasan layanan kesehatan itu ditanyakan kepada peserta mandiri dan penerima upah maka tingkat kepuasan akan menurun.

"Mereka menganggap JKN sebuah mekanisme yang belum siap diimplementasikan dan mereka belum puas," kata Tulus.

Selain itu, Tulus juga menyinggung masih banyak masyarakat di Tanah Air yang belum mengerti tentang JKN-KIS termasuk kelebihan dan kekurangan program kesehatan itu.

"Jadi, banyak masyarakat yang marah karena merasa tidak memakai atau menggunakan, tetapi disuruh membayar iuran," katanya.

Solusinya, pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai suatu produk atau program harus lebih diperkaya termasuk apa itu JKN-KIS, asuransi sosial dan lainnya.

Pada kesempatan itu, dia juga menyinggung beberapa persoalan mendasar kesehatan di Tanah Air di antaranya infrastruktur, baik itu rumah sakit maupun pelayanan kesehatan di tingkat pertama. Ada yang sudah siap, tetapi ada juga yang belum sehingga perlu ditingkatkan.

Selanjutnya, aspek sumber daya manusia juga masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan bersama. Sebagai contoh, ketidakmerataan tenaga kesehatan terutama dokter spesialis di daerah.

Bahkan, secara pribadi ketika dia berkunjung ke Sulawesi Barat salah seorang Bupati berkeluh kesah kesulitan merekrut dokter spesialis karena tidak ada yang mendaftar.

"Ini ironi, di mana dokter spesialis dibutuhkan tapi tidak ada yang mendaftar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper