Bisnis.com, JAKARTA - Pada minggu pertama Januari 2020, Bank Indonesia melihat perkembangan mata uang Indonesia dibuka pada level Rp13.900 per dolar AS hingga pagi ini, Jumat (8/1/2021). Surat berharga negara (SBN) 10 tahun naik 6,10 persen.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan bahwa aliran modal asing pada awal tahun yaitu, premi Credit Default Swaps (CDS) Indonesia 5 tahun turun di 65,45 bps per 7 Januari dari 66,06 bps per penghujung tahun lalu.
“Berdasarkan data transaksi 4 Januari-7 Januari, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp6,06 triliun. Dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp5,03 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp1,03 triliun,” katanya dikutip dari situs resmi BI.
Erwin menjelaskan bahwa dari data setelmen selama 2021 (year to date/ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto sebesar Rp10,41 triliun.
Seperti diketahui, pemerintah di awal tahun telah menerbitkan global bond dengan nilai setara hampir Rp60 triliun. Penerbitan obligasi global ini disebut mendapat tingkat yield terendah sepanjang sejarah.
Pemerintah Indonesia melakukan transaksi penjualan Surat Utang Negara (SUN) dalam dua mata uang asing (dual-currency) yaitu US Dolar dan Euro dengan format SEC-Registered Shelf Take-Down.
Obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat terdiri dari tiga seri senilai senilai US$3 miliar atau setara Rp41,67 triliun (Kurs Rp13.890). Adapun obligasi berdenominasi euro terdiri dari setu seri senilai 1 miliar euro atau setara Rp17,15 triliun (Kurs Rp17.153). Maka, penerbitan obligasi global ini bernilai setara Rp58,82 triliun.
Perdagangan saham pada Jumat (8/1/2021) dibanjiri dengan modal asing. Investor asing telah mencatat net buy hingga Rp1,6 triliun di pasar saham hari ini. Dengan demikian, total net buy mencapai Rp2,40 triliun dalam sepekan.