Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kejar Aturan Permodalan, Bank Kecil Ramai-Ramai Turun ke Bursa Tahun Ini

Aturan permodalan ketat dari Otoritas Jasa Keuangan dan menguatnya kepercayaan investor menjadi momentum bank kecil untuk mempertahankan kelasnya. Salah satu jalan yang mungkin ditempuh adalah turun ke bursa.
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/11/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/11/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bank kecil menengah diyakini bakal gencar melakukan penguatan modal dengan penawaran umum perdana tahun ini.

Aturan permodalan ketat dari Otoritas Jasa Keuangan dan menguatnya kepercayaan investor menjadi momentum bank kecil untuk mempertahankan kelasnya.

Berdasarkan data OJK, total penawaran umum perdana bank pada tahun lalu tercatat hanya satu bank, yakni PT Bank Bisnis Internasional Tbk. Sementara itu, yang melakukan penawaran umum terbatas ada 8 bank yang berasal dari kelas menengah hingga bawah.

Adapun tahun ini, aturan permodalan perbankan oleh OJK semakin ketat. Bank kecil harus menjaga modal inti tier 1 atau tetap berada di atas Rp2 triliun.

Di sisi lain, otoritas tengah mempersiapkan aturan permodalan lebih fantastis, yang akan mendorong bank bank setidaknya memiliki modal inti Rp6 triliun untuk dapat tembus ke kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 2. Bahkan, jika mau masuk ke KBMI 4, maka modal inti setidaknya harus mencapai Rp70 triliun.

PT Bank Net Indonesia Syariah adalah salah satu bank yang serius dengan telah mengumumkannya dalam keterbukaan informasi. Bank Net Syariah Indonesia siap masuk ke lantai bursa dengan target dana mencapai Rp525 miliar.

Direktur Bank Net Syariah Basuki Hidayat sebelumnya mengatakan bahwa dana hasil initial public offering (IPO) sepenuhnya akan dipakai untuk modal kerja seperti pemeliharaan perangkat teknologi informasi dan peralatan penunjang lainnya.

“Hal ini sejalan dengan rencana strategis bank yang akan bertransformasi menjadi bank digital,” ujarnya belum lama ini.

Rencananya, Bank Net Syariah melepas 5 miliar saham atau setara dengan 37,9 persen dari total modal disetor. Harga saham yang ditetapkan berada dikisaran Rp103—Rp105 per saham. Masa penawaran awal atau bookbuilding telah dimulai sejak 11 Januari 2021 dan akan berlangsung hingga 18 Januari 2021.

Selain menawarkan saham, Bank Net Syariah juga akan menerbitkan waran seri I sebanyak 2,8 miliar atau setara 34,17 persen modal ditempatkan dan disetor penuh pada saat pendaftaran. Waran Seri I diberikan secara gratis kepada pemegang saham baru dengan perbandingan 25 saham baru mendapatkan 14 waran.

Bank Net Syariah semula bernama PT Bank Maybank Syariah Indonesia. pada 12 Desember 2019, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan persetujuan terhadap akuisisi Bank Maybank Syariah oleh PT NTI Global Indonesia sebesar 70 persen dan PT berkah Anugerah Abadi sebesar 30 persen.

PT Bank Sumut pun menyiapkan strategi untuk memperkuat keuangan setoran modal dari pemegang saham, sekaligus menghimpun dana dari pasar modal atau IPO.

Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Ridwan mengatakan perseroan mulai melakukan proses awal untuk persiapan IPO. Persiapan tersebut di antaranya pemilihan advisory dan sosialisasi kepada calon investor.

Rencana melakukan penawaran saham perdana kepada publik di Bursa Efek Indonesia (BEI), telah disepakati dalam RUPSLB pada 12 April 2019.

Persetujuan penjualan saham baru Bank Sumut berkisar 20 persen hingga 40 persen dari modal disetor setelah IPO. IPO semula direncanakan pada 2021, kemudian mundur menjadi 2022.

Pelepasan sebagian saham ke publik merupakan strategi perseroan untuk meningkatkan modal dasar menjadi Rp5 triliun. Hingga 30 September 2020, modal inti Bank Sumut sebesar Rp3,32 triliun.

"Bank Sumut pada tahun ini akan melakukan proses awal untuk persiapan IPO dengan melakukan pemilihan advisory, kemudian melaksanakan sosialisasi kepada calon investor," terangnya.

Syahdan menambahkan Bank Sumut tahun ini direncanakan akan memperoleh penambahan modal dari pemegang saham. Pemegang saham Bank Sumut yakni Pemprov Sumut sebesar 53,05 persen, serta Pemkab dan Pemkot sebesar 46,95 persen.

"Saat ini Bank Sumut berencana akan menambah modal melalui setoran modal," katanya. Bank Sumut sebelumnya telah memperoleh setoran modal sebesar Rp100 miliar dari Pemprov Sumut pada pertama tahun lalu.

Di pihak lain, PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat meyakini rencana untuk melantai di bursa akan jauh lebih cepat dari. Hal ini dikarenakan aturan permodalan yang akan berubah lebih tinggi lagi dari Otoritas Jasa Keuangan.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Umum Bank Sulselbar Irmayanti Sultan menyampaikan perseroan memiliki rencana untuk melantai di pasar saham pada 2023 atau 2024.

Namun, rencana tersebut terpaksa direview kembali agar daya saing tetap terjaga dengan aturan permodalan baru yang mewajibkan bank kelompok usaha II atau kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) II antara Rp6 triliun hingga Rp14 triliun.

"Kami ada rencana IPO pada 2023 atau 2024. Namun, rencana ini akan kami review lagi. [Kemungkinan lebih cepat?] iya," katanya.

Dia menyampaikan perusahaan akan berupaya untuk tetap berada di kelompok II, agar daya saing tetap terjaga. Perseroan tidak ingin modal yang terbatas justru memangkas kemampuan perseroan yang saat ini sudah memiliki banyak produk termasuk di sisi digital.

Untuk penguatan permodalan, Irma mengatakan perseroan mengandalkan pertumbuhan organik, yakni dari percetakan laba. Laba tahun lalu masih mampu dijaga di posisi Rp639 miliar.

"Meski akan ada sedikit pengurangan pengurangan dari pembagian dividen tetapi tetap akan kuat dalam meningkatkan modal inti," ujarnya.

Di luar itu, dia menyebutkan perseroan tetap mendapat komitmen dari setoran modal dari pemerintah. Untuk tahun ini, Irma memperkirakan pemerintah daerah masih mampu menambah modal sekitar Rp100 miliar.

Adapun, Irma menyebutkan kinerja fungsi intermediasi tahun ini akan lebih baik dari 2020. Ekspansi pun akan semakin kuat didukung dengan digital banking yang semakin diminati oleh nasabah.

"Saya belum bisa sebutkan angka pastinya, karena menunggu persetujuan OJK. Namun, akan lebih baik dari realisasi tahun lalu. Ekonomi sudah mulai membaik kok," imbuhnya.

Irmayanti melanjutkan posisi kredit konvensional perseroan per 17 Desember 2020 sudah mencapai Rp18,57 triliun, atau naik 5,7 persen year to date.

"Pertumbuhan kami sangat baik, dan bahkan itu belum termasuk dengan pembiayaan syariah kami," sebutnya.

Dia menuturkan perseroan mendorong penyaluran kredit produktif khusus untuk pelaku usaha ultra mikro dalam pemanfaatan penempatan dana pemeirntah.

Aturan Ketat

Menaggapi hal tersebut, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan aturan permodalan OJK saat ini dan yang akan diterbitkan sangat ketat.

Menurutnya, pemegang pengendali bank kecil saat ini pun tak akan mampu menjaga daya saingnya dengan hanya menyuntikkan dana dari kocek probadinya terus-menerus.

"Memang salah satu jalan yang relevan adalah dengan IPO. Menarik dana dari investor dengan lain agar daya saingnya tetap terjaga," sebutnya.

Di samping itu, dia menyebutkan sentimen pasar modal dan keuangan global saat ini tergolong cukup positif khususnya untuk perbankan di Tanah Air.

Apresiasi investor yang cukup baik ini dapat menjadi momentum bank untuk lebih mudah mencapai target dana yang diharapkan. namun, hal ini tentu tetap mempertimbangkan aspek harga saham kompetitif agar investor lebih tertarik.

"Kalau melihat sentimen di pasar saham sendiri memang masih sangat menarik. Potensi emerging market di Indonesia masih cukup besar," sebutnya.

Dia melanjutkan bank yang memiliki rencana IPO tersebut perlu cepat memperbaiki kinerjanya. Bagaimana pun, investor mengetahui dana yang terkumpul akan terlebih dahulu digunakan untuk memperbaiki kinerja, dan sebagian untuk ekspansi ke digital banking.

Kualitas sistem operasional dan sumber daya manusia yang ada saat ini pun, menurutnya, perlu lebih ditingkatkan.

"Mulai saat ini, bank juga harus mampu mengkomunikasikan ke pasar tentang potensi bisnisnya. Dana hasil IPO harus dapat langsung digunakan untuk penguatan modal dalam ekspansi bisnis," imbuhnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper