Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peluang LinkAja 'Sikat' Seluruh Transaksi Digital BUMN-BUMD Terbuka Lebar

Dompet digital besutan PT Fintek Karya Nusantara ini pun mulai 'bergerilya' menambah basis layanan yang berkaitan dengan perusahaan pelat merah lain sepanjang 2020, melengkapi layanan andalan sebelumnya sebagai platform pembayaran tagihan.
Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja memberikan pemaparan di sela-sela penandatanganan perjanjian kerja sama di Jakarta, Selasa (8/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja memberikan pemaparan di sela-sela penandatanganan perjanjian kerja sama di Jakarta, Selasa (8/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai satu-satunya platform teknologi finansial (fintech) pembayaran dan dompet digital pelat merah, LinkAja punya potensi banyak terlibat dalam digitalisasi transaksi BUMN atau BUMD ke depan.

Berdasarkan catatan Bisnis, dompet digital besutan PT Fintek Karya Nusantara ini mulai bergerilya menambah basis layanan yang berkaitan dengan perusahaan pelat merah lain sepanjang 2020, melengkapi layanan andalan sebelumnya sebagai platform pembayaran tagihan.

Antara lain, melengkapi ekosistem pembayaran transportasi publik, mulai dari bus dan kereta kelolaan BUMD di berbagai daerah, sampai kapal ferry ASDP. Selain itu, ekosistem pembayaran merchant offline miliknya telah mencakup pasar tradisional, hingga rest area jalan bebas hambatan.

Terkini, LinkAja telah memutakhirkan layanan keuangan terkait investasi emas dan pinjaman lewat mengakomodasi transaksi PT Pegadaian (Persero). Ke depan, tak menutup kemungkinan LinkAja pun jadi yang terdepan ikut mengakomodasi sistem transaksi nontunai nirsentuh di beberapa ruas jalan tol.

Direktur Marketing LinkAja Edward Kilian Suwignyo mengakui bahwa sinergi bersama BUMN-BUMD memang masih jadi fokus perusahaan dalam waktu dekat, dengan tujuan meningkatkan inklusi keuangan masyarakat.

"Kami punya target terus melengkapi ekosistem kebutuhan sehari-hari dan pembayaran dasar masyarakat, dan kebetulan BUMN-BUMD itu memang tugasnya mengurus hajat hidup orang banyak. Tentu, ini terus jadi pintu masuk kami untuk memperluas keterjangkauan," ujarnya dalam sesi wawancara eksklusif bersama Bisnis, dikutip Minggu (28/2/2021).

Menurut pria yang akrab disapa Kiki ini, kelebihan LinkAja ketimbang platform fintech pembayaran lain dalam menjalin kerja sama dengan sesama perusahaan pelat merah, terutama dalam menekan cost to served.

Posisi strategis LinkAja yang merupakan buah karya BUMN raksasa seperti Telkomsel, beberapa bank Himbara, dan Pertamina inilah yang membuat perusahaan bisa fokus memprioritaskan dampak sosial.

"Jadi tugas kami sebagai agen inklusi keuangan masih jadi prioritas. Dengan ekosistem yang makin lengkap sampai seluruh lapisan masyarakat terbiasa menggunakan transaksi digital, harapannya kita bisa ikut membawa para pengguna yang tadinya belum bisa memperoleh layanan keuangan formal untuk bertransformasi," tambahnya.

Terkini, hingga akhir Januari 2021, LinkAja telah meraih 65 juta pengguna terdaftar, telah dapat digunakan di lebih dari 1 juta merchant lokal dan lebih dari 349.000 merchant nasional di seluruh Indonesia, 233 moda transportasi, lebih dari 674 pasar tradisional, lebih dari 42.000 mitra donasi digital, dan 5.000 online marketplace.

Ekosistem LinkAja juga mengakomdasi pembayaran dan pembelian kebutuhan sehari-hari seperti pulsa telekomunikasi, token listrik, tagihan rumah tangga, iuran BPJS, hingga berbagai layanan keuangan lainnya seperti pembelian produk reksadana, pembelian produk asuransi mikro, transfer ke semua rekening bank dan tarik tunai tanpa kartu.

Sebelumnya, Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja menjelaskan kepada Bisnis bahwa pandemi Covid-19 memang sempat memukul transaksi andalan di sektor transportasi publik dan merchant offline.

Namun demikian, wanita yang akrab disapa Fey ini mengklaim gross transaction value (GTV) LinkAja tetap meningkat, terdorong makin maraknya transaksi digital dari pembayaran, pembelian pulsa, token listrik, tagihan, dan bahan bakar di SPBU Pertamina, serta transaksi di pasar tradisional dan top up kartu uang elektronik.

Oleh sebab itu, seiring dengan pemulihan ekonomi dan meredanya pandemi, Fey berharap periode 2021 mampu menjadi salah satu titik tolak LinkAja untuk memperbesar nilai transaksi seiring bertambahnya use case layanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper