Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan harga teoretis untuk saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO).
Pengumuman tersebut berdasarkan Peraturan Nomor II-A tentang "Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas" dan menunjuk surat PT Bank Jago Tbk. (ARTO) No. S.222a/JAGO/II/2021 tanggal 26 Februari 2021 perihal Keterbukaan Informasi terkait Aksi Korporasi (Koreksi).
BEI menyatakan rasio HMETD ARTO adalah 579:160 untuk saham, atau dengan kata lain setiap pemegang 579 saham lama Bank Jago, mempunyai 160 HMETD untuk membeli 160 saham baru dengan harga pelaksanaan Rp2.350 per saham.
Kemudian, harga saham ARTO pada akhir Cum di Pasar Reguler pada 4 Maret 2021 adalah Rp11.100 per saham.
Dengan demikian, harga teoritis untuk pedoman tawar menawar dan penghitungan indeks harga saham BEI serta indeks harga saham individual ditetapkan berdasarkan formula sebagai berikut:
"Harga teoretis saham ARTO yang dicantumkan di JTAS untuk Pasar Reguler dan Pasar Negoisasi pada 5 Maret 2021 disesuaikan dengan fraksi harga menjadi Rp9.200," demikian pengumuman yang disampaikan Bursa pada Kamis (4/3/2021).
Adapun, penyesuaian harga dasar untuk penghitungan Indeks Harga Saham Individual ARTO ditetapkan berdasarkan formula sebagai berikut:
Sementara itu, Bank Jago dijadwalkan akan melakukan pencatatan untuk memperoleh HMETD II pada 8 Maret 2021. Dalam aksi korporasi ini, perseroan menerbitkan saham baru sebanyak 3 miliar lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp2.350.
Dengan demikian, dana segar yang diperoleh dari hasil rights issue sebesar Rp7,05 triliun. Direktur Utama Bank Jago Kharim Gupta Siregar mengatakan jika target perolehan dana Rp7 triliun tercapai ditambah dengan modal inti saat ini sekitar Rp1 triliun, maka modal inti Bank Jago menjadi sekitar Rp8 triliun atau masuk kategori BUKU 3.
"Kami lihat perkembangannya cepat sekali. Dari BUKU 1 di 2019, BUKU 2 di 2020, dan BUKU 3 di 2021. Kurang lebih dalam waktu 15 bulan dari BUKU 1 naik ke BUKU 3," katanya.
Lebih lanjut, Karim menjelaskan sekitar 97 persen dari dana perolehan rights issue digunakan untuk ekspansi bisnis. Hal ini meliputi partnership lending, integrasi apps, pengembangan apps, kolaborasi dengan digital ecosystem, dan pendirian unit usaha syariah. Sementara sisanya sekitar 2 persen digunakan untuk pengembangan TI dan 1 persen lainnya untuk pengembangan sumber daya manusia.
"Rencana kami setelah rights issue kedua ini adalah dalam waktu dekat akan meluncurkan Jago Apps yaitu aplikasi Bank Jago untuk individu," imbuhnya.
Karim menjelaskan hal tersebut sesuai dengan strategi jangka panjang perserkan terus melakukan kolaborasi dengan eksosistem digital.
ARTO juga akan melakukan integrasi antara aplikasi Bank Jago dengan ekosistem digital. Selain menyasar nasabah individu, perseroan juga segera meluncurkan aplikasi Bank Jago yang menyasar segmen bisnis.