Bisnis.com, JAKARTA - Tren akuisisi perusahaan pembiayaan (multifinance) bakal berhubungan erat dengan rencana sebuah platform mengincar kemampuan atau menambah kapasitas sebagai penyedia jasa bayar tunda atau akrab disapa 'buy now pay later'.
Beberapa nama yang telah merealisasikan fenomena ini, di antaranya Traveloka yang ingin memiliki sendiri layanan cicilan buat bisnis online travel agent (OTA) miliknya, Kredivo yang mengincar lisensi perizinan lebih pas terkait bisnis andalannya di bidang kredit digital, dan terkini Atome Financial yang membidik akses paylater sektor beauty & fashion di Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa tiap platform digital pasti memiliki pertimbangan sendiri terkait alasannya untuk bergabung ke industri multifinance.
"Tapi memang kalau dari perspektif kami, kebanyakan [platform digital] mungkin berpikir lebih baik punya layanan cicilan sendiri ketimbang diambil pihak ketiga, credit card misalnya. Walaupun sama-sama cicilan, kan, tidak semua pengguna mereka bisa akses ke sana," jelasnya kepada Bisnis, Senin (5/3/2021).
Menurut Suwandi, apalagi perusahaan berbasis teknologi biasanya memiliki kemampuan untuk bisa 'meracik' sendiri kebutuhan cicilan penggunanya, berdasar basis data yang mereka punya.
Multifinance pun bisa jadi pilihan karena dari sisi regulasi telah lebih mapan, fleksibilitas dalam memperoleh pendanaan, dan potensi kerja sama dengan berbagai pihak terkait penyediaan fasilitas kredit pembiayaan bersama dengan nilai lebih besar.
Baca Juga
Menanggapi fenomena akuisisi multifinance, Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bambang W Budiawan menilai tren perusahaan teknologi mencaplok multifinance justru baik bagi industri.
Pasalnya, tren ini secara tak langsung ikut membantu multifinance dengan pangsa pasar yang masih 'kecil', kalah saing dari multifinance lain yang dominan di sektor kredit otomotif atau kredit investasi, atau masih kekurangan modal, menjadi bertumbuh dan mampu meraup pangsa pasar berbeda.
Menurutnya, pengambilalihan multifinance oleh perusahaan berbasis teknologi dapat membuka peluang pasar yang lebih luas bagi multifinance karena masyarakat dapat mengakses fasilitas pembiayaan melalui gadget tanpa harus datang secara fisik ke kantor cabang.
Menariknya, menurut Bambang, skema paylater justru terbilang kuat dan baik untuk multifinance, karena pola ini secara tidak langsung mampu meningkatkan mitigasi risiko. Pasalnya, kredit yang diberikan tidak berbentuk cash, langsung untuk membeli sebuah produk atau mengakses suatu layanan.
Adapun, PT Akulaku Finance Indonesia yang juga merupakan pemain paylater dan 'senior' selaku perusahaan kredit digital berlisensi multifinance, mengakui bahwa branding sebuah platform untuk mampu menyediakan paylater memang tengah menjadi tren.
Presiden Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga pun memproyeksi laju pertumbuhan pengguna paylater di Indonesia bakal melesat signifikan, terutama di era new normal periode 2021.
"Apalagi, lifestyle belanja secara daring akibat distancing masih terus berlanjut. Akulaku Finance sendiri berharap meredanya pandemi dan program vaksinasi bakal jadi booster bagi pemain paylater. Kami mengincar dapat bertumbuh minimal 40 persen dengan kualitas portfolio sehat, atau tingkat NPF terjaga di bawah 0,5 persen," ujarnya kepada Bisnis, Senin (5/3/2021).
Selain itu, potensi moncernya paylater sempat terungkap dalam studi Research Institute of Socio-Economic Development (RISED) kepada para perusahaan penyedia paylater yang disebut provider, seperti platform ride-hailing, e-commerce, dompet digital, atau ticket travel.
"Dari sisi provider, narasumber berpendapat bahwa jasa layanan paylater ini masih berpotensi memberikan keuntungan di masa pandemi maupun di masa yang akan datang. Maka dari itu, penyedia jasa memilih untuk tidak melakukan pengetatan atau pengurangan aliran pinjaman kepada konsumen," jelas Peneliti RISED Tegar Rismanuar ketika dikonfirmasi Bisnis.
Selama pandemi, para provider hanya melakukan penguatan sistem perlindungan konsumen, dan justru memilih meningkatkan sistem pelayanan serta terus menggelar inovasi atau perluasan basis layanan produk, guna memberikan pelayanan terbaik untuk konsumen platform-nya.