Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia mengajak Kelompok D-8 Negara Berkembang untuk mendorong ekonomi dengan kelebihan yang dimiliki para negara anggota yakni fokus mengembangkan ekonomi syariah.
Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengatakan anggota Developing-8 (D-8) merupakan negara yang unggul di kalangan negara Islam, terutama di bidang industri halal dan keuangan syariah.
Kekuatan tersebut terlihat dari nilai GDP seluruh anggota D-8 yang mencapai US$4 triliun atau 5 persen total GDP global.
“D-8 perlu mendorong pemulihan ekonomi dengan fokus pada keunggulan komparatif kita,” katanya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-10 D-8 tahun 2021 secara virtual pada Rabu (7/4/2021).
Selain itu, total perdagangan mencapai US$1,6 triliun atau 4,5 persen perdagangan dunia. Bahkan, hampir 50 persen total perdagangan negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) berasal dari anggota D-8.
Untuk itu, Wamenlu mendorong inisiatif negara D-8 untuk mengakselerasi perekonomian dengan kerja sama di bidang syariah.
Baca Juga
“Kita juga perlu mengembangkan ketahanan pada industri halal dengan mengembangkan zona industri halal dan hub bagi D-8. Hanya dengan fokus berupaya pada keunggulan kita, kita dapat meraih tujuan sebagai kekuatan ekonomi berikutnya pada 2050,” tandasnya.
Selain itu, Wamenlu RI juga mengungkapkan pentingnya akses vaksin yang adil di depan forum KTT D-8. Dia mengajak anggota D-8 agar menjadi yang terdepan dalam mempromosikan vaksin multilateralisme ketimbang vaksin nasionalis, dan vaksin proteksionisme.
Developing-8 (D-8) merupakan organisasi yang terdiri dari delapan negara berkembang yang mayoritas berpenduduk muslim, yaitu Bangladesh, Indonesia, Iran, Malaysia, Mesir, Pakistan, Turki, dan Nigeria.
D-8 bertujuan meningkatkan perdagangan antar negara anggotanya dan untuk meningkatkan posisi tawar di dalam kancah perekonomian dunia.
Pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri D-8 ke-19 ini dipimpin oleh Bangladesh dan akan dilanjutkan pada pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ke-10 pada Kamis, 8 April 2021.