Bisnis.com, JAKARTA - Penghimpunan dana dari penerbitan saham baru melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) pada semester I/2021 bakal lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini setelah beberapa bank melakukan aksi rights issue jumbo pada kuartal pertama tahun ini.
Berdasarkan statistik pasar modal OJK sampai dengan minggu ketiga Maret 2021, tercatat dua bank yang melakukan penawaran umum terbatas (PUT) atau rights issue dengan total nilai emisi sebesar Rp9,05 triliun. Total nilai emisi tersebut, telah melampaui angka semester I 2020 senilai Rp5,73 triliun yang berasal dari empat bank.
Secara rinci, pada kuartal I/2021, ada dua bank yang efektif melakukan rights issue. Keduanya yakni PT Bank Jago Tbk. pada 24 Februari 2021 yang menerbitkan sebanyak 3 miliar lembar saham baru dengan dan nilai emisi Rp7,05 triliun, serta PT Bank Mayapada International Tbk. pada 26 Februari 2021 dengan penerbitan saham baru sebanyak 4,99 miliar lembar saham dan nilai emisi Rp1,99 triliun.
Sementara itu, empat bank yang efektif rights issue pada semester I/2020 yakni PT Bank Artos Indonesia Tbk. (kini bernama Bank Jago) pada 18 Maret 2020 dengan jumlah saham 9,65 miliar lembar saham dan nilai emisi Rp1,34 triliun. PT Bank IBK Indonesia Tbk. pada 31 Maret 2021 dengan jumlah saham 4,73 miliar dan nilai emisi Rp803,33 miliar.
Selanjutnya, right sissue PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk. efektif pada 16 Juni 2020 dengan jumlah saham 21,29 miliar dan nilai emisi Rp3,19 triliun. Serta, PT Bank Yudha Bhakti Tbk. efektif pada 18 Juni 2020 dengan jumlah saham 1,32 miliar dan nilai emisi Rp396,11 miliar.
Adapun, pada tahun ini, selain Bank Jago dan Bank Mayapada yang telah melakukan rights issue di awal tahun ini, PT Bank Permata Tbk. juga menargetkan dapat menyelesaikan right issue pada semester I/2021.
Bank Permata akan menawarkan 88 miliar lembar saham kelas B dengan nilai nominal Rp125 per lembar saham. Rencana tersebut akan dimintakan persetujuan kepada pemegang saham pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di 27 April 2021.
Direktur Keuangan Permata Bank Lea Kusumawijaya menjelaskan rencana rights issue itu merupakan kelanjutan dari integrasi yang diselesaikan di bulan Desember 2020. Saat itu Bangkok Bank Public Company Limited yang merupakan pemegang saham pengendali telah melakukan penyetoran modal berupa dana setoran modal sebesar Rp10,8 triliun. Dana setoran modal tersebut harus dikonversikan menjadi modal saham melalui mekanisme rights issue.
"Dengan adanya rights issue tidak akan terjadi peningkatan jumlah modal lagi secara signifikan. Penambahannya hanya berasal dari rights yang kita tawarkan kepada pemegang saham minoritas yang saat ini berjumlah 1,3%. Aksi korporasi ini kami targetkan selesai di first half," terangnya dalam paparan kinerja 2020 pada akhir Maret kemarin.
Sementara itu, PT Bank Maspion Indonesia Tbk. akan menambah modal melalui skema rights issue sebanyak 2,29 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham. Hal ini disetujui dalam RUPSLB yang diselenggarakan pada 8 April 2021 di Surabaya.
"Rapat menyetujui penambahan modal perseroan dengan mengeluarkan saham baru dari portepel dalam jumlah sebanyak-banyaknya 2.285.792.296 saham dengan nilai nominal RP 100 per saham, dengan menerbitkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dalam rangka penambahan modal," ungkap Direktur Utama Bank Maspion, Herman Halim dalam keterangannya di Bursa Efek Indonesia, Senin (12/4/2021).
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. dalam RUPS yang dilaksanakan pada 6 April 2021, juga menyetujui penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 925 juta saham seri B baru dengan nilai nominal Rp250 per saham.