Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gelar Rights Issue dan Suntik Modal, BTN Siap Tumbuh Kencang 2022

Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan pemerintah saat ini tengah mempertimbangkan beberapa opsi penyuntikan modal tahun depan.
Suasana layanan di kantor PT Bank Tabungan Negara Tbk di Jakarta, Senin (8/1)./JIBI-Dedi Gunawan
Suasana layanan di kantor PT Bank Tabungan Negara Tbk di Jakarta, Senin (8/1)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menargetkan pertumbuhan kredit dapat ditingkatkan hingga 12% seiring dengan penyuntikan modal baru tahun depan.

Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan pemerintah saat ini tengah mempertimbangkan beberapa opsi penyuntikan modal tahun depan. Salah satu kemungkinan terkecil adalah dengan penyertaan modal negara sebesar Rp2 triliun, dengan total penghimpunan dana dari penerbitan saham baru Rp3,3 triliun. 

"Bila penyertaan modal negara Rp2 triliun, maka rights issue menjadi Rp3,3 triliun. Di tahun 2022 CAR (capital adequacy ratio) Tier 1 BTN dengan rights issue menjadi 15,3%. Maka dari itu, pertumbuhan kredit berpotensi menjadi 12%," katanya kepada Bisnis, Kamis (8/7/2021).

Dia menyampaikan perseroan saat ini sudah banyak menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk ekspansi kredit pemilikan rumah. Lagi pula, kondisi ekonomi tahun depan lebih kondusi untuk optimalisasi modal.

Adapun, usulan awal adalah rights issue dengan dengan total penghimpunan Rp5 triliun dan penyertaan modal negara di kisaran Rp3 triliun. Namun, pemerintah mempertimbangkan opsi rights issue Rp5 triliun dengan penyertaan modal negara Rp2 triliun atau dengan opsi lainnya, serta rights issue di Rp3,3 triliun dengan penyertaan modal negara tetap di kisaran Rp2 triliun.

Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menyampaikan dana hasil rights issue akan digunakan perseroan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

“Penambahan modal ini murni untuk mendukung bisnis BTN dalam rangka pemenuhan rumah rakyat yang jumlahnya terus meningkat walaupun pada masa pandemi sekalipun disamping backlog yang sudah ada dan tetap harus dipenuhi kebutuhannya,” ujarnya.

Dia menerangkan, penambahan modal ini murni untuk menjaga rasio permodalan perseroan, sedangkan aspek likuiditas dapat dipenuhi baik melalui skema FLPP maupun melalui pengembangan dana pihak ketiga.

“Penyediaan KPR untuk memiliki rumah bagi segmen MBR ini membutuhkan penambahan modal, karena untuk menjaga ketentuan ratio permodalan (CAR) sebesar di atas 18% pada tahun 2024,” tegas Nixon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper