Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BSI Proyeksikan Kinerja Semester II Tetap Tumbuh di Tengah PPKM

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan BSI pada  tahun ini tidak melakukan revisi RKAP tetapi dalam menentukan target kinerja tetap menggunakan panduan atau patokan untuk melihat kondisi perekonomian setidaknya dalam 3 bulan ke depan.
Karyawati Bank Syariah Indonesia melayani nasabah di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati Bank Syariah Indonesia melayani nasabah di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, SURABAYA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memproyeksikan kinerja perbankan syariah di semester II tahun ini masih akan tumbuh positif meski di tengah pandemi khususnya dengan adanya pelaksanaan PPKM sejak awal Juli hingga kini.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan BSI pada  tahun ini tidak melakukan revisi RKAP tetapi dalam menentukan target kinerja tetap menggunakan panduan atau patokan untuk melihat kondisi perekonomian setidaknya dalam 3 bulan ke depan.

“Dalam analysis meeting kami akan melihat 3 bulan lagi apakah ada perubahan atau tidak, tetapi dengan PPKM Darurat dilanjutkan PPKM Level ini, saya yakin fungsi perbankan terutama intermediary akan terganggu,” katanya dalam virtual konferensi pers kinerja semester I/2021, Jumat (30/7/2021).

Hery menjelaskan secara umum perbankan di Indonesia hingga Mei 2021 sebenarnya sudah menunjukkan perbaikan positif secara year to date (ytd), baik dari sisi aset sudah tumbuh di atas 1 persen lebih, dan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh lebih dari 3 persen. 

Hanya saja, dari sisi pembiayaan/kredit masih cukup tertekan, dan hanya mampu tumbuh sekitar 0,65 persen. Hal itu berarti bahwa perbankan nasional sudah menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan positif dari sisi aset, dana maupun kredit.

“Nah kita sadar bahwa Juni tentu masih bisa tumbuh tapi begitu Juli, dengan PPKM ini bisa dilihat mal-mal yang buka hanya supermarket, restoran tidak boleh makan di tempat, dan banyak sekali pusat-pusat ekonomi yang tidak termasuk kegiatan esensial tidak bisa bergerak. Mudah-mudahan PPKM tidak terlalu lama sehingga yang dicapai sampai kuartal II bisa diteruskan sampai Desember,” jelasnya.

Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho menambahkan dalam menentukan target pun BSI tetap harus berhati-hati dan lebih konservatif. Untuk target pembiayaan diperkirakan hanya tumbuh single digit dan untuk DPK bisa dobel digit seperti yang diterjadi pada perbankan umumnya sebagai dampak dari PPKM.

“Namun begitu, kami optimistis profitabilitas BSI mampu mencapai target Rp2,9 triliun - Rp3 triliun karena dalam setengah tahun (semester I/2021) kita sudah capai hampir Rp1,5 triliun,” ujarnya.

Menurutnya, BSI mampu mencapai laba bersih tersebut karena selama semester I perseroan telah banyak belajar dari pandemi yang melahirkan efisiensi biaya operasional. Pandemi, katanya, telah mendorong bisnis perbankan tanpa bertemu nasabah sehingga terjadilah efisiensi.

Hery kembali menambahkan, bahwa hampir seluruh sektor masih bisa digarap untuk mecapai target tahun ini. Di antaranya seperti segmen wholesale banking (korporasi dan komersial), disusul sektor produktif yakni Small Medium Enterprise (SME) dan mikro atau usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), serta segmen konsumer seperti griya pembiayaan rumah, pembiayaan mitraguna yang berbasis payroll, dan pembiayaan kendaraan bermotor.

“Yang unik di BSI ini, kami ada servis yang bisa melakukan pekerjaan seperti pegadaian, karena kami punya layanan gadai emas dan cicil emas sehingga kami tetap bisa menjaga pertumbuhan yang selektif,” jelasnya.

Di sektor industri, lanjut Hery, BSI melihat pembiayaan usaha dari industri farmasi masih sangat menjanjikan disusul industri digital, food and beverage, bahkan perkebunan sawit. Khusus di sektor wholesale, BSI lebih berhati-hati memberikan pembiayaan sehingga perseroan lebih masuk pada pembiayaan proyek-proyek infrastruktur dengan jaminan pemerintah.

“Jadi kita masuk ke pembiyaan yang underline nya APBN. Dalam kurun waktu sebelum Juli kami sudah ikut pembiayaan proyek tol Serang - Panimbang Rp700 miliar, rel kereta Makassar - Pare-Pare Rp327 miliar dan preservasi Jalan Lintas Timur Sumatera Rp200 miliar. Sebetulnya total sampai Juni, BSI sudah masuk sektor infrastruktur sekitar Rp1,27 triliun,” jelas Hery.

Adapun pada semester I/2021, BSI mencatatkan kinerja aset mencapai Rp247,3 triliun naik 15,15 persen dibandingkan periode sama 2020 atau year on year (yoy). Sedangkan kinerja pembiayaan mencapai Rp161,5 triliun naik 11,73 persen (Yoy), DPK mencapai Rp216,4 triliun naik 16,03 persen.

Sementara kinerja Non Performing Financing (NPF) Gross 3,11 persen atau turun -0,12 persen dari Juni 2020 yakni 3,23 persen, dan untuk NPF Nett 0,93 persen atau turun dari Juni 2020 yakni 1,52 persen. Sedangkan kinerja cash coverage 114,07 persen atau naik 38,88 persen (yoy). 

Untuk laba bersih perseroan di semester I/2021 sudah mencapai Rp1,48 triliun atau naik 34,29 pesen dibandingkan periode sama 2020 yakni Rp1,1 triliun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Editor : Ropesta Sitorus
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper