Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dinilai telah memiliki ekosistem yang kuat sebagai tempat perusahaan rintisan (startup) bertumbuh, terutama terkait beragamnya sumber likuiditas yang bisa dipilih para pelaku atau founder, termasuk dari investor ritel.
Wesley Harjono, Managing Director Plug and Play Indonesia, mengungkap salah satu pendorongnya, yaitu makin terbukanya wadah berinvestasi lewat platform digital, yang banyak diramaikan oleh platform teknologi finansial (fintech), sehingga secara tak langsung ikut mendorong peningkatan literasi masyarakat.
"Platform tersebut membuka akses belajar berinvestasi ke UMKM konvensional yang berbasis ritel misalnya, maupun startup berbasis teknologi, sehingga membuat lanskap angel investing trennya meluas," ujarnya dalam Bizhare Investment Conference 2021 PT Investasi Digital Nusantara atau Bizhare, dikutip Senin (27/9/2021).
Wesley mencontohkan Bizhare selaku platform fintech urun dana atau securities crowdfunding (SCF) berizin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan salah satu contoh platform tersebut.
Sekadar informasi, fintech SCF atau sebelumnya disebut equity crowdfunding (ECF) merupakan platform yang melayani penerbitan saham atau surat utang dari suatu proyek atau ekspansi bisnis UMKM dan startup yang akan disebut 'Penerbit'.
Platform kemudian mempertemukan mereka dengan para investor yang disebut 'Pemodal', di mana setelah menyetorkan dana, Pemodal akan menerima imbalan dalam bentuk kepemilikan saham, kemudian mendapat keuntungan dari pembagian dividen atas keuntungan usaha tersebut dalam periode waktu tertentu sesuai perjanjian.
Baca Juga
Menurutnya, walaupun saat ini Bizhare masih menawarkan penerbitan dari sektor-sektor yang 'ringan' seperti usaha ritel, food & beverages (F&B), atau waralaba, fintech SCF punya potensi besar menjadi tempat belajar para angel investors.
Pasalnya, platform SCF menerapkan prinsip awal yang sama dan berguna untuk semua jenjang investasi, yaitu memahami betul perusahaan apa yang ingin kita gelontorkan dana. Tak heran, ke depan akan makin banyak investor ritel Indonesia yang memiliki mindset sekelas modal ventura.
"Securities crowdfunding space memberikan kemudahan untuk mempelajari mulai dari investee itu siapa saja pendirinya, kredibilitasnya bagaimana, dan prospek ke depan bisnis tersebut bagaimana," tambahnya.
CEO Bizhare Heinrich Vincent menambahkan bahwa pihaknya memang berniat ikut mengakomodasi investor ritel di platform yang sudah bisa masuk ke wilayah sophisticated investor, untuk berinvestasi ke startup di sektor yang lebih advanced seperti sektor teknologi informasi (ICT).
Salah satunya, lewat strategi bekerja sama dengan modal ventura anak usaha Grup Telkom, MDI Ventures untuk membangun eMerge (emerge.mdi.vc). Platform ini berupaya mengakomodasi para sophisticated investor berinvestasi ke startup dengan kurasi yang dalam dari MDI Ventures, namun dengan tatap muka yang tetap memudahkan dari Bizhare.
Head Of Investor Relations and Capital Raising MDI Ventures sekaligus Partner eMerge by MDI Ventures Sarah Usman mengakui bahwa akomodasi ini digelar agar pihaknya tak kehilangan kesempatan melirik startup potensial sejak tahap awal.
Sekadar informasi, MDI Ventures sendiri lebih fokus mengakomodasi platform di Series-A ke atas, sehingga dengan memiliki platform eMerge yang bisa mengintip kinerja startup sejak tahap awal, harapannya membawa alokasi 'deal' yang lebih baik.
"Jenis startup di Indonesia semakin banyak, selain itu pesaing modal ventura dari luar juga berdatangan. Jadi kita menyadari dengan opportunities di sana [tahap awal] semakin besar, ditambah retail investment yang tumbuh, kita ingin membuat platform yang apabila terlihat ada potensial unicorn di sana, MDI Ventures tidak akan ketinggalan untuk ikut berkontribusi sejak dini," jelasnya.
Rencananya, eMerge akan mengakomodasi angel investor yang berminat untuk mulai berinvestasi ke startup tahap awal yang dikurasi MDI Ventures dengan minimum pendanaan US$10.000 ke tiap startup.
Turut hadir, Billy Boen selaku Founder & CEO PT YOT Nusantara sekaligus Direktur Kejora-SBI Orbit Indonesia Fund yang mengingatkan bahwa apabila tertarik menjadi angel investor, namun belum memiliki kapital cukup, lebih baik belajar dulu di platform SCF.
"Apalagi buat startup teknologi, karena berbeda sekali dengan startup di sektor konvensional seperti ritel dan F&B, yang kita bisa lihat langsung prospek mereka dari revenue dan profit. Kalau startup yang advanced, harus siap dengan game jangka panjang terkait valuasi, menunggu apakah akan dibeli perusahaan lain atau sampai IPO seperti Bukalapak," ujarnya.