Bisnis.com, JAKARTA - Layanan digital PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dinilai akan semakin kuat pasca rampungnya integrasi operasional, sehingga potensi pasar keuangan syariah diyakini tergarap lebih optimal.
Peneliti ekonomi syariah Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fauziah Rizki Yuniarti mengatakan selama ini digitalisasi masih menjadi pekerjaan rumah bagi perbankan syariah di Indonesia.
Lantaran digitalisasi membutuhkan infrastruktur IT yang mumpuni dengan dana investasi yang relatif tinggi. Namun, dengan terintegrasinya operasional BSI sebagai bank hasil penggabungan tiga bank syariah milik BUMN, tantangan tersebut akan lebih mudah diatasi.
“Pembangunan IT infrastruktur ini pun bukanlah hal yang murah. BSI harus terus melanjutkan pengembangan digital pasca integrasi. Masih banyak peluang pengembangan produk digital yang dapat dilakukan dalam menghadapi adopsi digital masyarakat yang makin kuat,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Minggu (17/10/2021)
Seperti diketahui, dalam waktu dekat seluruh jaringan Bank Syariah Indonesia ditargetkan sudah terintegrasi dengan single sistem atau one system. Proses integrasi dimaksud terdiri dari migrasi nasabah, layanan kartu ATM hingga layanan perbankan digital.
Menurut Fauziah, dengan rampungnya integrasi termasuk dalam hal digitalisasi, BSI memiliki potensi peningkatan kinerja sangat besar. Pengembangan layanan secara digital akan mampu memperluas pasar di kala pandemi di mana interaksi langsung dibatasi.
Baca Juga
Dia berpendapat perseroan memiliki potensi pengembangan dalam hal pangsa pasar. Market share perbankan syariah sampai Desember 2020 baru sekitar 6,51 persen. Persentase itu menurutnya masih sangat jauh dari potensi riil di mana populasi muslim nasional mencapai 86 persen dari total penduduk.
"BSI juga mampu memanfaatkan kondisi masyarakat Indonesia memiliki peringkat tertinggi dalam kepercayaan bahwa agama itu penting dalam hidup. Hal ini seharusnya membuat BSI yang menganut prinsip syariah memiliki peluang besar untuk terus tumbuh dan berkembang," katanya.
Selain itu, Fauziah menilai melalui pengembangan digitalisasi BSI pun akan mampu memanfaatkan potensi pasar masyarakat unbanked di Indonesia yang masih sangat tinggi yakni sekitar 75 persen. Dia menambahkan, dengan pengembangan digitalisasi akan memperkuat bisnis BSI di tengah ketidakpastian pertumbuhan ekonomi karena menghadapi pandemi.
“Walaupun ekonomi sudah mulai membaik, tetapi belum 100 persen pulih. BSI harus siap dengan resikonya mengingat risiko ketidakpastian yang paling besar saat ini adalah ketidakpastian akan kapan Pandemi Covid-19 ini berakhir," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan perseroan telah meluncurkan inovasi digital untuk menghadirkan kemudahan layanan keuangan bagi nasabah dan masyarakat, termasuk membuka rekening secara online (digital onboarding) melalui fitur ‘Know Your Customer-Biometric’ di aplikasi BSI Mobile. Dengan fitur ini, calon nasabah BSI dapat membuka rekening tabungan dengan durasi kurang dari 5 menit, tentunya lebih cepat, mudah, dan seamless.
BSI juga berkomitmen untuk menghadirkan fitur-fitur baru lainnya di aplikasi BSI Mobile. Harapannya, layanan BSI Mobile menjadi lebih lengkap dan mendukung berbagai kebutuhan nasabah dan masyarakat di era digitalisasi.
Melalui BSI Mobile, nasabah juga bisa menabung emas, gadai emas, membayar ZISWAF dan membeli hewan kurban. Bahkan, pengguna BSI Mobile dapat mengecek waktu sholat dan lokasi masjid terdekat. BSI berupaya mendampingi nasabah sebagai sahabat finansial, sosial, dan spiritual untuk memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi umat.
“Ini merupakan bentuk keseriusan Bank Syariah Indonesia dalam menjadikan BSI Mobile sebagai super apps untuk seluruh kebutuhan finansial nasabah, setelah sebelumnya inovasi pembukaan rekening online melalui fitur Know Your Customer – Biometric,” ujar Hery.