Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT Mandiri Tunas Finance (MTF) mengaku ikut meraup berkah membaiknya sektor-sektor terkait komoditas yang berpengaruh buat permintaan kredit alat berat.
Deputi Direktur MTF Albertus Hendi menjelaskan bahwa alat berat yang menghiasi sebagian besar segmen kredit korporasi atau fleet telah normal sejak awal 2021 dengan kontribusi pembiayaan baru mencapai Rp400 miliar tiap bulan.
"Jadi terkhusus fleet sudah lebih dari Rp4 triliun, lebih baik dari sepanjang tahun lalu di kisaran Rp3,6 triliun. Kebetulan permintaan di alat berat dan truk memang jadi pendorong, karena sektor lain seperti mobil-mobil pariwisata itu kan berat dan masih belum pulih," ujarnya kepada Bisnis, Senin (29/11/2021).
Sebagai gambaran, MTF menargetkan pembiayaan fleet mencapai 20 persen dari portofolio, sementara target pembiayaan sepanjang tahun ini dipatok Rp20 triliun. Artinya, pembiayaan ke sektor ini telah sesuai prediksi.
Hendi menjelaskan bahwa kenaikan harga komoditas tambang merupakan pendorong utama pelaku usaha sebagai debitur MTF di segmen ini mulai mengajukan pembiayaan baru kembali. Sebelumnya, debitur pembiayaan alat berat terbilang banyak yang mengajukan restrukturisasi di tengah masa pandemi.
"Selama 2021 ini, terutama yang di sektor mining, sudah mulai pulih dan membayar kewajibannya lagi. Bahkan, periode restrukturisasi ini kami nilai berhasil karena ini membantu arus kas mereka kemarin dan justru membuat mereka menjadi repeat order," tambahnya.
Namun demikian, Hendi mengungkap bahwa salah satu tantangan pembiayaan di sektor ini, terutama masih dalam hal keterbatasan unit. Beberapa yang telah disetujui bahkan harus inden sampai kuartal I/2022.
Adapun, salah satu tantangan lain pada tahun depan yang menjadi perhatian MTF, tentu berasal dari faktor eksternal yang berpotensi membuat harga komoditas seperti batu bara dan nikel di Tanah Air kembali turun.
"Makanya sekarang brand-brand alat berat yang kelas dua itu laku keras juga, karena brand besar unitnya sedang kosong semua. MTF optimistis alat berat tetap bagus sampai tahun depan selama kondisinya masih seperti ini. Yang pasti kami pasti tetap hati-hati, karena harga komoditas itu fluktuatif dan banyak dipengaruhi geopolitik," tutupnya.