Bisnis.com, JAKARTA - Platform penyedia solusi digital (SaaS) pembukuan dan pengelolaan kas usaha PT Buku Usaha Digital atau BukuWarung mengungkap urgensi peningkatan literasi keuangan buat pelaku UKM.
Hal ini terungkap dalam diskusi virtual Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) bertajuk 'Mengenal Ragam Fintech Untuk Pembiayaan Serta Tantangan yang Dihadapinya', di rangkaian acara Bulan Fintech Nasional & Indonesia Fintech Summit 2021, berlangsung 11 November–12 Desember 2021.
Sekadar informasi, walaupun bukan termasuk fintech, BukuWarung memiliki ekosistem digital mencakup 6,5 juta pengguna yang didominasi UMKM. Hal ini membawa platform turut menjadi jembatan penyaluran pembiayaan produktif, lewat bekerja sama dengan mitra lembaga keuangan atau fintech.
Apabila UMKM selaku pengguna BukuWarung lolos persyaratan, akses pinjaman produktif bisa digunakan merchant sebagai modal usaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan bisnis, seperti menambah stok barang, membeli perlengkapan usaha, menyewa lokasi usaha, sampai biaya marketing.
Director of Merchant Experience BukuWarung, Adi Harlim mengungkap salah satu kendala terkait keberhasilan para UKM merchant BukuWarung dalam mengelola keuangan, ternyata juga disebabkan jeratan investasi bodong.
Inilah yang membuat BukuWarung sadar, edukasi soal pembukuan dan pengelolaan arus kas secara digital lewat fitur-fitur BukuWarung saja tak cukup. Literasi keuangan secara umum perlu perlu ditingkatkan. Terutama, terkait mengantisipasi penipuan dan scam yang juga semakin canggih lewat kehadiran teknologi.
Baca Juga
"Saya menemui sendiri ketika visit ke lapangan dan bertemu merchant, terutama di daerah tier II dan III. Godaan memasukkan dana ke investasi bodong ini salah satu yang membuat perkembangan suatu UKM terhambat. Padahal, ada yang bukan pemain baru dan omzet usahanya sudah tumbuh bagus, tapi tetap terjerumus juga," ungkapnya, dikutip Rabu (8/12/2021).
Tak jarang, sebagian UKM yang telah terjebak bisa terjerumus lebih dalam karena tergoda turut menggelontorkan sebagian pinjaman modal yang mereka dapatkan untuk investasi bodong.
Menurut Adi, inilah kenapa BukuWarung pun berupaya ikut menekan gap literasi keuangan para pelaku UKM di kota dan daerah-daerah tier II dan III. Terutama agar merchant semakin rajin melakukan cross-check legalitas suatu lembaga keuangan, aware terhadap penipuan berkedok investasi, berbasis kode OTP, atau pengelabuhan mengatasnamakan institusi tertentu.
"BukuWarung pun merasa punya tanggung jawab, karena kami ikut menghubungkan merchant dengan penyalur pembiayaan produktif. Jadi, BukuWarung terus mengingatkan dan mengedukasi merchant supaya bisa mempergunakan dan mengelola utang produktif mereka dengan baik," tambahnya.
Sebagai informasi, BukuWarung termasuk perusahaan rintisan (startup) teknologi yang telah menerima total investasi senilai lebih dari US$80 juta. Terakhir, platform yang juga mengembangkan kasir digital atau point of sales (PoS) untuk para merchant UMKM ini mencapai putaran pendanaan Series A senilai US$ 60 juta atau setara Rp870 miliar pada kisaran Juni 2021.