Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai laju penyaluran kredit investasi belum menunjukkan pertumbuhan signifikan hingga akhir tahun ini.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK, Slamet Edy Purnomo, menyampaikan hingga Oktober 2022, penyaluran kredit perbankan masih didominasi oleh kredit konsumsi dan modal kerja. Sementara permintaan kredit investasi belum optimal.
OJK mencatat penyaluran kredit hingga Oktober 2021 tumbuh 3,24 persen atau Rp5,6 triliun. Dari jumlah ini, kata Slamet, masih didominasi oleh kredit konsumsi. Kredit pemilikan rumah (KPR), misalnya, meraih pertumbuhan tertinggi yakni 8,87 persen secara tahunan (yoy).
“Kami berharap ada sedikit kredit investasi, tapi belum terlalu signifikan. Namun kami melihat sudah ada optimisme baru untuk menggerakkan kegiatan-kegiatannya di sektor riil,” ujarnya dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022, Rabu (15/12/2021).
Menurut Slamet, kredit investasi menjadi patokan dalam melihat optimisme pelaku usaha di tengah pandemi Covid-19. Hal itu tampak dari pelaku bisnis yang mau menginvestasikan modalnya untuk pengembangan, baik untuk jangka menengah atau panjang.
Sementara itu, OJK mencatat penyaluran kredit sementara per Desember 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 3,98 persen sepanjang tahun berjalan (ytd). Otoritas memproyeksikan peningkatan itu dapat mencapai 4,5 persen hingga akhir tahun.
Likuiditas perbankan juga sangat memadai. Ini ditopang oleh kenaikan dana pihak ketiga DPK, sebesar 9,44 persen yoy. Pada 1 Desember 2021, DPK meningkat sebesar 9,98 persen ytd.
Adapun loan to deposit ratio (LDR) perbankan bertengger di 78,09 persen, sehingga belum sepenuhnya pulih di atas 85 persen atau kembali di posisi Desember 2019 sebesar 97 persen.