Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mandiri Sekuritas: Rupiah Sangat Stabil di Tahun Kedua Pandemi. Ini Faktornya!

Stabilitas rupiah selama pandemi erat kaitannya dengan kinerja neraca dagang yang mengalami tren surplus rekor selama 19 bulan berturut-turut. Tren itu telah berlangsung sejak pertengahan 2020. Sebelumnya, Indonesia belum pernah mengalami tren serupa.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Mendekati akhir 2021, Chief Economist Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy menilai kinerja rupiah di tahun kedua pandemi ini sangat stabil.

"Saya pakai kata 'sangat' di 2021 ini. Pergerakan rupiah itu flat. Jadi, tidak terlalu volatile. Bandingkan dengan currency negara-negara lain seperti lira Turki," jelasnya pada acara Insurance Outlook 2022 secara virtual, Selasa (21/12/2021).

Leo mencatat nilai tukar lira sejak 2020 sudah melemah hingga 200 persen. Namun, jika dibandingkan dengan rupiah, pelemahan tercatat hanya sebesar 3 persen secara tahun kalender (year-to-date/ytd).

Dikutip dari Bloomberg, Mata uang lira menyentuh level terendah 18,3633 lira per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin pagi, melakukan reli harian terbesarnya sejak 1983. Kendati demikian, mata uang tersebut terus menguat lebih dari 15 persen terhadap dolar AS pada Selasa (21/12/2021), setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan langkah-langkah untuk menopang nilai mata uang pada Senin malam.

Di sisi rupiah, nilai tukar mata uang garuda terhadap dolar AS hari ini ditutup menguat, Rabu (22/12/2021). Penguatan tersebut juga diikuti oleh beberapa mata uang lain di kawasan Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,10 persen atau 14 poin ke posisi Rp14.289,50 per dolar AS. Indeks dolar AS juga terpantau menguat 0,04 persen ke level 96,53 pada pukul 15.21 WIB.

Stabilitas rupiah selama pandemi, jelas Leo, erat kaitannya dengan kinerja neraca dagang yang mengalami tren surplus rekor selama 19 bulan berturut-turut. Tren itu telah berlangsung sejak pertengahan 2020. Sebelumnya, Indonesia belum pernah mengalami tren serupa.

"Menurut saya ini masih akan berlanjut hingga bulan Desember [2021], karena commodity prices masih tinggi," tuturnya.

Dengan tren surplus selama 19 bulan, besar kemungkinan Indonesia akan membukukan surplus transaksi berjalan pertama kali sejak 2011, di akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper