Bisnis.com, JAKARTA - Chief Economist Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy menyebut suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang diproyeksikan naik tahun depan, bisa mendorong pengambilan kebijakan yang sama oleh Bank Indonesia (BI) pada tahun depan.
Menurut Leo, pada Federal Open Market Committe (FOMC) Meeting bulan ini, terlihat jelas bahwa Federal Reserve (Fed) berpotensi memajukan waktu kenaikan federal fund rate (FFR) pada 2022 dan lebih tinggi.
"Sebelumnya the Fed hanya expect FFR-nya hanya naik 25 bps tahun depan, ini jadi 50 bps. Tapering-nya juga lebih besar sebelumnya US$15 [miliar], sekarang US$30 [miliar]," jelasnya pada webinar, minggu lalu (21/12/2021).
Implikasi yang berpotensi terjadi pada Indonesia adalah kemungkinan bagi BI untuk mulai menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) pada tahun depan.
"Kita expect BI7DRRR itu akan naik ke 4,25 persen, dari 3,5 persen," jelas Leo.
Seperti diketahui, BI telah mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen sejak Februari 2021. Kebijakan ini diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan di tengah prakiraan inflasi yang rendah.
Baca Juga
Penetapan suku bunga terendah di sepanjang sejarah selama 11 bulan berturut-turut ini juga dilakukan untuk mendukung perbaikan ekonomi di masa pandemi Covid-19.