Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia Proyeksi Suku Bunga The Fed Naik 4 Kali Tahun Ini

Kebijakan the Fed tersebut diperlukan untuk merespons kenaikan inflasi yang tinggi di AS.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) terus melakukan asesmen dan mencermati kondisi global, khususnya kebijakan normalisasi kebijakan moneter the Fed, bank sentral di Amerika Serikat AS, dan dampaknya terhadap perekonomian domestik.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan, secara fundamental, the Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga atau Federal Funds Rate (FFR) sebanyak tiga kali tahun ini, mulai Maret 2022. Di sisi lain, berdasarkan bacaan pasar, FFR diperkirakan akan dinaikkan sebanyak empat kali.

“Secara keseluruhan, ini sebagai dasar kami melihat, mengantisipasi, dan menempuh respons kebijakan dari BI. Berdasarkan baseline skenario kami, FFR akan naik empat kali tahun ini, mulai FOMC Maret dan FOMC berikutnya,” katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (20/1/2022).

Perry menjelaskan, kebijakan the Fed tersebut diperlukan untuk merespons kenaikan inflasi yang tinggi di AS. Sejalan dengan peningkatan FFR, tingkat imbal hasil US Treasury diperkirakan akan meningkat 2 persen, bahkan lebih.

Dengan demikian, kondisi ini akan berdampak pada kondisi eksternal Indonesia, terutama pada aliran modal asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN), yang juga akan mempengaruhi stabilitas nilai tukar.

Namun demikian, BI optimistis kondisi eksternal Indonesia yang jauh lebih baik akan menjadi faktor positif, misalnya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang diperkirakan tetap rendah, sekitar 1,1 persen hingga 1,9 persen dari PDB. “Demikian juga dari sisi neraca modal, surplusnya cukup besar,” jelas Perry.

Posisi cadangan devisa Indonesia pun tetap tinggi, sebesar US$144,9 miliar pada Desember 2021, setara pembiayaan 8,0 bulan impor atau 7,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Perry menegaskan, kebijakan moneter tahun ini akan lebih diarahkan untuk menjaga stabilitas. Sementara itu, kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta ekonomi-keuangan inklusif dan hijau, akan diarahkan untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper