Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Susul The Fed, Suku Bunga Acuan BI Diproyeksi Naik 75 Basis Poin Sepanjang 2022

Kendati siap menyusul The Fed, BI diperkirakan baru akan mulai menaikkan suku bunga acuan pada akhir semester I/2022.
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020).  Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Suku bunga the Fed atau Federal Funds Rate (FFR) diperkirakan akan meningkat pada Maret 2022 sebagai respons kenaikan inflasi yang terus berlanjut di Amerika Serikat (AS).

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman manyampaikan prospek ekonomi AS masih menghadapi ketidakpastian di tengah risiko inflasi yang lebih tinggi dari yang diperkirakan.

Dengan kondisi ini, the Fed telah mengkonfirmasi stance kebijakan moneter dari dovish menjadi hawkish pada 2022 di tengah tekanan inflasi.

“Kenaikan FFR pertama diperkirakan akan terjadi pada akhir kuartal I/2022,” katanya, kamis (27/1/2022).

Sementara itu, Faisal memperkirakan BI baru akan mulai menaikkan suku bunga acuan pada akhir semester I/2022.

Dia memandang, kebutuhan BI untuk menjaga stabilitas ke depan menjadi semakin vital.

Tidak hanya karena faktor eksternal, perlunya pergeseran ke sikap moneter yang pro-stabilitas juga didorong oleh faktor domestik, yaitu tingkat inflasi yang meningkat, neraca transaksi berjalan yang berpotensi kembali defisit, dan pertumbuhan kredit yang meningkat di tengah percepatan pemulihan ekonomi di tahun 2022.

“Kami memperkirakan BI tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan,” kata dia.

Dia pun memperkirakan, BI akan berkomitmen untuk secara bertahap memperketat pelonggaran moneter dengan terlebih dahulu mengurangi likuiditas sebelum menaikkan suku bunga acuan.

“Secara total, kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali sebesar 75 basis poin menjadi 4,25 persen pada 2022,” kata Faisal.

Di sisi lain, Faisal menambahkan, kebijakan makroprudensial diperkirakan tetap akomodatif tahun ini untuk mendukung pemulihan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper