Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa mata uang digital bank sentral atau Central Bank Digital Currency (CBDC) baru akan dibahas pada forum G20 di Bali pertengahan tahun ini.
Menurutnya, ada dua aspek penting dalam CBDC yang akan dibahas di G20.
"Dua aspek penting adalah tentu saja berkaitan dengan implikasi terhadap makro, moneter, financial system stability-lah," papar Perry dalam Focus Group Discussion (FGD) bersama dengan Pemimpin Redaksi Media Massa, Rabu (23/2/2022).
Adapun, kajian makronya dilakukan oleh IMF dan akan dipaparkan pada Juli 2022. Perry mengungkapkan kajian makro oleh IMF ini akan meliputi CBDC serta aset kripto lainnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan BI mendorong The Bank of International Settlement (BIS) dan The Financial Stability Board (FSB) untuk menerbitkan suatu panduan, berupa prinsip-prinsip pokok untuk menerbitkan mata uang digital.
"Itu kemungkinan Juli, segala macam. Sekarang lagi di bahas...Report pertama akan kita dengarkan Juli," tegas Perry.
IMF sendiri beberapa waktu lalu telah mengeluarkan laporan penelitian penerapan CBDC di enam negara a.l. Bahama, China, Kanada, dan Uruguay, Swedia, serta negara bagian timur Karibia.
Laporan IMF ini menjadi ikhtisar yang berguna dan ringkas tentang kebijakan dan desain berbagai negara seputar basis pengetahuan global CDBC.
Studi kasus dapat menawarkan praktik terbaik untuk bank sentral saat mereka bergulat dengan mata uang digital. Namun, IMF mengingatkan praktik yang ideal bagi satu negara belum cocok untuk negara lain.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan pelajaran pertama dari laporan tersebut adalah bahwa “\tidak ada satu ukuran yang cocok untuk semua.