Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank BJB (BJBR) Target Aset Tumbuh 10 Persen di 2022. Ini Strateginya

Bank BJB (BJBR) memproyeksikan pertumbuhan aset di kisaran 9-10 persen pada 2022. Perseroan akan memaksimalkan digitalisasi dan mengoptimalkan kolaborasi, termasuk dengan BPD lain.
Ilustrasi PT Bank Jabar Banten Tbk/Bisnis.com
Ilustrasi PT Bank Jabar Banten Tbk/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) atau Bank BJB menargetkan pertumbuhan aset di kisaran 9-10 persen pada 2022.

Perusahaan dengan sandi BJBR tersebut juga akan menggenjot digitalisasi dan kolaborasi dengan BPD lain untuk mendongkrak fee based income atau pendapatan yang bersumber luar dari aktivitas utama jasa-jasa perbankan.

Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan pada tahun ini perseroan memproyeksikan pertumbuhan aset akan kembali tumbuh positif seperti 2021. 

Perseroan mencatatkan total aset sebesar Rp158,35 triliun pada 2021, naik 12,79 persen dibandingkan dengan 2020, didorong oleh kinerja bisnis yang lebih baik.

Untuk mendorong pertumbuhan aset pada tahun ini, perusahaan akan memaksimalkan digitalisasi dan memperbanyak kolaborasi, termasuk dengan BPD lain.

“Keduanya punya peluang besar akan menambah pendapatan Bank BJB dari fee based income, namun tentu digitalisasi tetap menjadi prioritas utama kami,” kata Yuddy kepada Bisnis, Rabu (9/3).

Yuddy menjelaskan digitalisasi menjadi prioritas disebabkan secara infrastruktur dan ekosistem Bank BJB sudah berjalan baik dan cukup matang. Bank BJB pada tahun ini, akan fokus mengakselerasi dan meningkatkan digitalisasi lebih signifikan dibandingkan dengan tahun lalu.

Adapun sinergisitas dengan BPD merupakan tujuan dan aksi korporasi Bank BJB saat ini untuk bertumbuh secara anorganik dan sekaligus menambah pundi-pundi fee based income dari sinergisitas.

“Kolaborasi sudah berjalan baik dengan beberapa BPD saat ini,” kata Yuddy.

Adapun tantangan pada tahun ini, menurutnya, mengenai risiko kredit yang masih membayangi industri perbankan karena pinjaman berisiko (loan at risk) masih tinggi.

“Meskipun demikian dengan non performing loan (NPL) di kisaran 1,2 persen dan loan at risk sebesar 7 persen, Bank BJB memiliki risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan industri,” kata Yuddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper