Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menudukung sejumlah bank pembangunan daerah (BPD) untuk melakukan initial public offering (IPO). Dukungan ini seiring dengan hal ini aset bank daerah yang memenuhi kriteria untuk melantai di Bursa Efek Indonesia, misalnya saja seperti PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah alias Bank Jateng.
Menurut catatan kinerjanya, Bank Jateng memiliki aset bernilai Rp91,03 triliun. Aset Bank Jateng tertinggi ketiga setelah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) alias Bank BJB yang memiliki aset Rp223,11 triliun.
Kemudian ada bank PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) yang memiliki aset terakhir pada 2024 sebesar Rp118,14 triliun.
Lalu seperti apa pandangan terkait dengan IPO Bank Daerah?
Baca Juga : Menakar Prospek Pemulihan Margin Perbankan |
---|
Melihat hal ini, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menjelaskan bahwa keputusan IPO kembali kepada masing-masing BPD dan para pemegang sahamnya.
"Jika IPO dianggap sesuai dengan kebutuhan bank dan masuk dalam strategi bisnis jangka panjang, serta memiliki rencana penggunaan dana yang jelas dan komitmen untuk lebih terbuka dalam pengelolaan, maka langkah tersebut dapat dilakukan," kata Trioksa kepada Bisnis, (10/6/2025).
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai bahwa saham bank daerah yang sudah IPO cenderung tidak menunjukkan tren bullish seperti yang terlihat pada saham-saham bank BUMN besar seperti Bank Mandiri, BRI, dan BNI.
"Kapitalisasi pasar BPD relatif kecil dan likuiditas sahamnya juga terbatas, sehingga pergerakan harganya kurang menarik," tuturnya kepada Bisnis.
Dia juga mencatat bahwa kinerja beberapa bank daerah pada kuartal I/2025 mengalami penurunan, baik dari sisi pendapatan maupun laba. "Pertumbuhan kredit yang kurang kuat dan keterbatasan likuiditas turut mendorong peningkatan rasio kredit bermasalah [NPL]," katanya.
Adapun saham BJBR per Selasa (10/6/2025) naik 1,20% atau 10 poin ke Rp845 per saham. Selama satu minggu terakhir, saham BJBR naik 0,6% atau 5 poin.
Sementara satu bulan terakhir, saham BJBR terkoreksi 1,74% atau 15 poin. Saham BJBR selama year to date (YtD) terperosot 7,14% atau 65 poin. Sementara tiga tahun terakhir, saham BJBR anjlok 41,32% atau 595 poin.
Saham BJTM hari ini naik 1% atau 5 poin ke level Rp505 per saham. Saham BJTM selama sepekan terakhir menurun 9,82% atau 55 poin ke Rp505 per saham.
Bank Jatim turun 4,72% atau 25 poin ke Rp505 per saham. Serta selama satu tahun terakhir saham BJTM turun 3,81% atau 20 poin dan tiga tahun terakhir saham BJTM anjlok 33,11% atau 250 poin.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menilai hal ini bertujuan agar BPD bisa meningkatkan akuntabilitas serta tata kelola pemerintah daerah yang menjadi pemegang saham utama.
Jika BPD berhasil melakukan IPO dan melengkapi langkah tersebut dengan penerbitan municipal bond, maka pengawasan terhadap manajemen dan arah bisnis bank akan lebih terstruktur.
Menurutnya, hal ini juga bisa menciptakan disiplin fiskal bagi pemerintah daerah. Mengenai hal ini, dirinya juga menyampaikan bahwa investor di pasar modal tentu ingin kejelasan soal prospek dan strategi bisnis BPD yang akan IPO.
"Tentu kan harus jelas nih, strategi bisnisnya," kata Dian saat pertemuan dengan wartawan di Jakarta, Selasa (3/6/2025).
Salah satu bank daerah yang sedang menyiapkan langkah untuk masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah Bank DKI. Dian menyebut, proses persiapan IPO bank tersebut masih berlangsung dan dilakukan secara bertahap untuk memastikan hasil yang maksimal. Dia juga menegaskan bahwa Gubernur DKI Jakarta telah memberikan komitmen penuh terhadap proses ini.
"OJK tentunya memberikan dukungan sepenuhnya [rencana IPO], dan rekan-rekan pengawas yang menangani Bank DKI juga mendukung," ujar Dian.
Selain Bank DKI, beberapa BPD lain juga dinilai berpeluang besar untuk mengikuti langkah serupa. Salah satunya yaitu Bank Jateng yang tercatat memiliki total aset mencapai Rp91,03 triliun per kuartal I/2025.
Menurut Dian, jika BPD listing maka potensi peningkatan transparansi dan akses ke pendanaan jangka panjang akan semakin besar.
"Menarik sih sebetulnya, teman-teman ya kalau misalnya sama BPD semua misalnya listing, terus kemudian apakah dia bahkan menerbitkan municipal bond aja sangat menarik bagi pasar," sebutnya.