Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank DBS Indonesia atau Bank DBS telah menyiapkan sejumlah strategi jangka pendek dan menengah untuk mendorong pengembangan ekonomi hijau atau green economy oleh perbankan.
Managing Director IBG Sustainability DBS Group, Yulanda Chung, menuturkan bahwa krisis iklim adalah salah satu tantangan terbesar umat manusia. Oleh sebab itu, DBS Group terus berkutat dengan isu tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
“Kami telah membuat progres yang signifikan, baik dari segi aturan pinjaman hingga pengembangan portofolio, misalnya, komitmen kami untuk keluar dari industri batu bara, dan pertumbuhan portofolio dalam bidang keuangan terbarukan,” ujarnya, Senin (18/4/2022).
Selain itu, lanjutnya, DBS juga telah menetapkan arahan yang jelas untuk pencapaian jangka pendek dan menengah. Langkah pertama adalah menangani intensitas karbon di portofolio DBS.
Langkah kedua semakin menumbuhkan keyakinan adanya lajur transisi bagi beragam industri. Yulanda mengatakan DBS menerapkan skenario yang digunakan secara global, seperti oleh Network for Greening the Financial System (NGFS) atau International Energy Agency (IEA).
“Secara gamblang kami menyatakan bahwa ini adalah pekerjaan yang masih dalam proses dan tentunya akan memiliki beragam efek untuk setiap negara. Tetapi, lajur-lajur ini menuntun kami akan apa yang harus kami lakukan dan kapan kami harus melakukan hal tersebut,” tuturnya.
Ketiga, menetapkan menetapkan taksonomi yang membagi aktivitas keberlanjutan dan transisi berdasarkan sektornya. Hal ini tertuang dalam dokumen Sustainable and Transition Finance Framework and Taxonomy yang dimiliki DBS.
Yulanda menyebutkan bahwa dokumen tersebut sebagai panduan dalam interaksi bersama nasabah guna membantu menetapkan strategi transisi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, dan membangun ketangguhan akan perubahan iklim.
Langkah keempat, mengintegrasikan Environmental, Social, and Governance (ESG) ke dalam kerangka manajemen risiko dan perencanaan strategi. “Kami sedang mengembangkan model kuantitatif untuk menilai risiko terkait isu iklim dalam membuat kerangka tersebut.”
Kelima, kata Yulanda, DBS secara aktif mengurangi jejak karbon dalam operasional perusahaan, yang akan dikurangi sampai dengan emisi nol bersih pada tahun ini.
“Dalam menjaga komitmen tersebut, kami akan menambah pelaporan kami untuk berbagai pengukuran dalam beberapa waktu ke depan untuk secara transparan menginformasikan perkembangan kami kepada seluruh pemangku kepentingan,” pungkasnya.