Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi kontributor laba terbesar bagi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni Rp32,22 triliun atau setara 25,5 persen dari total laba seluruh BUMN sepanjang 2021.
Sebelumnya, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan DPR, Selasa (7/6/2022), Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan laba BUMN pada tahun lalu mencapai Rp126 triliun. Nilai itu meningkat 869 persen dari laba 2020 yang mencapai Rp13 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan capaian tersebut merupakan buah dari upaya Kementerian BUMN, yang berhasil mendorong kinerja seluruh perusahaan pelat merah, melalui transformasi di tengah pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19.
“Transformasi yang diinisiasi oleh Kementerian BUMN terbukti memberikan dampak positif terhadap BRI dan seluruh perusahaan BUMN secara umum, oleh karenanya transformasi ini akan terus kami perkuat untuk menjaga keberlanjutan bisnis ke depan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (10/6/2021).
Sunarso menyampaikan penopang utama pertumbuhan laba BRI terletak pada kinerja positif kredit dan dana pihak ketiga (DPK). Hal ini diikuti penurunan biaya bunga secara signifikan dan pengelolaan portofolio campuran, serta kualitas aset sehingga meningkatkan yield asset.
BRI juga telah menyetorkan dana sebesar Rp27,09 triliun kepada negara untuk tahun buku 2021. Setoran tersebut terdiri atas pembayaran pajak senilai Rp20,17 triliun dan pembayaran dividen atas laba tahun buku 2020 senilai Rp6,92 triliun.
Baca Juga
Apabila ditarik lebih jauh, sejak 2019 sampai dengan 2021, BRI telah menyetorkan pajak dan dividen kepada negara dengan jumlah total mencapai Rp82,03 triliun.
Di sisi lain, emiten bank berkode saham BBRI ini menyiapkan sejumlah strategi utama untuk melanjutkan capaian positif hingga akhir 2022. Salah satunya membidik pertumbuhan yang selektif lewat sektor-sektor yang potensial serta tahan gejolak eksternal.
Sunarso menuturkan sektor potensial itu, seperti pertanian, industri bahan kimia, serta makanan dan minuman. BRI juga akan meneruskan strategi business follow stimulus, dengan fokus pada pertumbuhan berdasarkan stimulus pemerintah guna membantu penguatan ekonomi domestik.
Selanjutnya, BRI akan fokus pada kualitas serta selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah. Selain itu, perseroan akan menerapkan strategi soft landing dengan terus membentuk cadangan yang cukup untuk mengantisipasi pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi.
Untuk menjaga profitabilitas, BRI akan fokus pada pinjaman dengan high yield tinggi yaitu segmen mikro dan kredit konsumer, serta meningkatkan efisiensi melalui peningkatan dana murah (current account saving account/CASA).