Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil Pertemuan The Fed, Kemenkeu Ramal Kenaikan Suku Bunga

Kementerian Keuangan memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed akan menaikkan suku bunga acuan hingga di atas 3 persen hingga akhir 2022. Jadwal pertemuan Dewan Gubernur The Fed yang salah satu agendanya membahas kenaikan suku bunga dilakukan pada 14-15 Juni, 26-27 Juli, 20-21 September, 1-2 November dan 13-14 Desember 2022. 
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu/ Jaffry Prakoso-Bisnis
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu/ Jaffry Prakoso-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga 50 basis poin dalam rapat berikutnya. Suku bunga Amerika Serikat diperkirakan akan berada di atas 3 persen pada akhir tahun ini.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan bahwa pihaknya sudah mengantisipasi pengetatan likuiditas dalam kondisi saat ini. Selain itu, suku bunga The Fed pun diperkirakan akan turut naik, sebagai respons atas lonjakan inflasi di Amerika Serikat.

"Jadi, 2022 ini pun kita sudah harus antisipasi bahwa kenaikan tingkat suku bunga The Fed sudah dilakukan di Federal Open Market Committee [FOMC] terakhir 50 basis poin, lalu FOMC berikutnya kami antisipasi mereka akan naikkan paling tidak 50 basis poin juga," ujar Febrio pada Selasa (14/6/2022).

Dalam kalender agenda The Fed, rapat FOMC dijadwalkan akan dilangsungkan sebanyak lima kali hingga akhir tahun. Jadwal yang dimumkan yakni pertemuan The Fed akan dilakukan pada 14-15 Juni 2022, 26-27 Juli, 20-21 September, 1-2 November dan 13-14 Desember. 

Menurutnya, Kemenkeu berkaca dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, seperti 2008, 2013, dan 2020 bahwa pengetatan likuiditas dan penyesuaian suku bunga The Fed kerap terjadi dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti. Pada tahun ini, diperkirakan kenaikan suku bunga terjadi di setiap pertemuan The Fed.

"Tapering pada 2013 kenaikan suku bunga cukup banyak dan ini akan lebih tajam. Dia naiknya lebih cepat dan kami proyeksi paling tidak dia akan naik ke atas 3 persen pada akhir tahun, dan kami antisipasi The Fed akan lakukan ini hampir di setiap FOMC meeting ke depan," katanya.

Febrio menyebut bahwa pemerintah akan selalu mengantisipasi kebijakan moneter di Negeri Paman Sam dan dinamika perekonomian global. Namun, dia yakin bahwa fundamental perekonomian Indonesia saat ini mampu meredam tekanan eksternal, termasuk dengan adanya bantalan dari APBN seperti subsidi dan kompensasi.

Pengelolaan keuangan pada 2022 menurutnya akan berjalan dengan sangat hati-hati, terlebih pada 2023. Febrio pun menyatakan bahwa risiko yang cukup tinggi dapat terlihat dari pengalaman-pengalaman yang sudah ada sehingga Indonesia mampu melewatinya dengan hati-hati.

"Memang ini bukan tahun yang mudah, tentu kita harus tetap vigilant sehingga apa yang kita sudah kalkulasi bukan hanya dari hari ini, tetapi sejak awal tahun diantisipasi, bahwa memang akan terjadi pengetatan likuiditas dan kenaikan suku bunga The Fed," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper