Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Susul The Fed Kerek Suku Bunga di Semester II/2022, Bisa Naik 75-100 Basis Poin

Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz menilai BI perlu merespons dengan melakukan penyesuaian suku bunga acuan pada semester II/2022.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan hingga 100 basis poin (bps) pada semester Ii/2022, menyusul langkah agresif bank sentral Amerika Serikat, the Fed.

Pada pertemuan FOMC 14-15 Juni 2022, the Fed kembali menaikkan suku bunga (Federal Funds Rate) sebesar 75 bps. The Fed memberi sinyal kemungkinan akan menaikkan dengan jumlah yang sama pada bulan depan.

Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz mengatakan hasil dari pertemuan tersebut menunjukkan the Fed semakin agresif, dengan FFR yang diperkirakan akan meningkat hingga 3,4 persen pada akhir tahun.

Faiz menilai, langkah the Fed tersebut tentunya akan memberikan dampak pada pelemahan rupiah, terutama pada kuartal III/2022, sejalan dengan sikap BI yang masih cenderung dovish.

Oleh karena itu, menurutnya, BI perlu merespons dengan melakukan penyesuaian suku bunga acuan pada semester II/2022.

“Kami sendiri melihat dengan kemungkinan FFR sekarang, ada potensi kebijakan suku bunga BI bisa meningkat 75-100 bps dari level sekarang,” katanya kepada Bisnis, Kamis (16/6/2022).

Faiz mengatakan, keputusan BI ini pun akan bergantung pada seberapa besar surplus perdagangan dapat berlanjut.

Dengan perkiraan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tahun ini yang akan mencapai 0,5 persen, maka menurutnya ada ruang bagi BI untuk menaikkan suku bunga acuan hingga 100 basis poin.

“Kita mungkin bisa pantau nanti di Rapat Dewan Gubernur minggu depan tone BI seperti apa. Agak sekarang untuk merespon karena BI fokus kepada inflasi,” jelasnya.

Dia mengatakan langkah kebijakan BI tentunya akan mempertimbangkan laju inflasi, terutama inflasi inti, termasuk term structure operasi moneter dan pergerakan nilai tukar rupiah.

“Terkait dengan rupiah, BI juga akan melihat respon foreign investor di bond market apakah akan agresif sell off-nya,” kata Faiz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper