Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan rendah pada level 3,5 persen.
Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menyampaikan bahwa berdasarkan bacaannya, BI masih menunjukkan keengganan untuk menaikkan suku bunga.
“Jika BI benar-benar berencana menaikkan suku bunga, Gubernur BI Perry Warjiyo akan mengeluarkan sinyal kebijakan khasnya, seperti ‘pre-emptive, frontloading, front-of-the-curve’, yang selama ini luput dari sambutan publiknya,” katanya, Selasa (21/6/2022.
Selain itu, BI selalu menekankan pengetatan melalui Giro Wajib Minimum (GWM). Bahkan, BI pada 15 Juni secara tegas menyatakan tidak perlu menaikkan suku bunga secara tergesa-gesa karena inflasi dan keseimbangan eksternal yang terkendali.
“Jika BI benar-benar merencanakan siklus pengetatan yang agresif, kami yakin dia akan memberikan sinyal yang lebih eksplisit,” jelasnya.
Di samping itu, Satria mengatakan bahwa secara historis otoritas fiskal dan moneter di Indonesia telah bergerak sejalan, sehingga tidak masuk akal bagi BI jika menaikkan suku bunga ketika Kementerian Keuangan telah berjanji untuk mengalokasikan tambahan Rp291 triliun untuk subsidi energi.
“Jika BI menaikkan suku bunga terlalu agresif, biaya fiskal juga dapat menjadi substansial dengan beban bunga pemerintah yang diproyeksikan sebesar Rp405 triliun dalam APBN 2022, atau sekitar 15 persen dari belanja negara tahunan,” kata Satria.
Dia menambahkan, berdasarkan perhitungannya setiap kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, maka beban pembayaran utang tahunan pemerintah akan bertambah minimal Rp33 triliun.