Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahan Suku Bunga Acuan, BI Beberkan Strategi Jaga Inflasi dan Rupiah

BI akan terus melakukan langkah-langkah penguatan kebijakan moneter, salah satunya melalui stabilisasi nilai tukar rupiah.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo aat konferensi pers penutupan Finance Minister and Central Bank Governors (FMCBG) G20 Nusa Dua, Bali pada Sabtu (16/7/2022)/Antara
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo aat konferensi pers penutupan Finance Minister and Central Bank Governors (FMCBG) G20 Nusa Dua, Bali pada Sabtu (16/7/2022)/Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,5 persen dengan pertimbangan masih terkendalinya inflasi komponen inti dan stabilitas nilai tukar rupiah.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa dalam mengantisipasi dampak dari kenaikan inflasi global dan pengetatan kebijakan moneter global, BI akan terus melakukan langkah-langkah penguatan kebijakan moneter, salah satunya melalui stabilisasi nilai tukar rupiah.

“Stabilisasi nilai tukar rupiah kami arahkan untuk memitigasi risiko inflasi dari harga impor, harga komoditas yang tinggi, maupun depresiasi rupiah,” katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/7/2022).

Di samping itu, BI memperkuat operasi moneter sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk untuk memitigasi risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang dan penjualan SBN di pasar sekunder

“Inflasi inti masih belum melebihi 4 persen, tapi kami sudah lakukan langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan,” jelasnya,

Lebih lanjut, BI juga melakukan normalisasi kebijakan dari sisi likuiditas. Hingga 15 Juli 2022, BI telah menyerap likuiditas dari perbankan sebesar Rp219 triliun melalui penyesuaian Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah.

Perry menambahkan, secara fundamental, nilai tukar rupiah diperkirakan akan stabil dan cenderung menguat, dikarenakan transaksi (current account) berjalan Indonesia yang positif.

Bahkan, transaksi berjalan tahun ini diperkirakan surplus 0,3 persen dari PDB atau defisit kecil hanya 0,5 persen dari PDB.

Kondisi ini yang menyebabkan nilai tukar rupiah cenderung stabil, kaa Perry, meski pengetatan moneter Amerika Serikat (AS) mendorong kenaikan yield US Treasury dan menyebabkan keluarnya aliran modal asing dari negara berkembang, termasuk Indonesia.

BI akan terus ,memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian untuk pengendalian inflasi melalui intervensi di pasar valas, baik melalui pasar spot maupun pasar Domestik Non-Deliverable Forward (DNDF).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper