Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Uang Beredar Juni 2022 Capai Rp7.888 Triliun

Bank Indonesia mencatat bahwa posisi M2 pada Juni 2022 mencapai Rp7.888,6 triliun, atau tumbuh 10,6 persen secara tahunan.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia atau BI melaporkan bahwa perkembangan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami peningkatan pada Juni 2022. Pemulihan ekonomi terlihat dari adanya akselerasi kredit, sehingga mendorong jumlah uang beredar.

BI mencatat bahwa posisi M2 pada Juni 2022 mencapai Rp7.888,6 triliun, atau tumbuh 10,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Pertumbuhannya memang menurun dari posisi Mei 2022 yakni 12,1 persen yoy, tetapi BI menilai bahwa kinerja Juni 2022 ini tetap kuat.

“Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan komponen M1 [dalam arti sempit] dan surat berharga selain saham,” tulis BI dalam laporan Analisis Uang Beredar, Minggu (29/5/2022).

"Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit [M1] sebesar 16,6 persen yoy dan uang kuasi sebesar 3,3 persen yoy," tertulis dalam laporan Analisis Uang Beredar, dikutip pada Jumat (22/7/2022).

M1 terdiri dari uang kartal di luar bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR), giro rupiah, dan tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu. Pertumbuhan M1 tercatat sedikit menurun dari posisi Mei 2022, yakni 18,4 persen yoy.

"Pertumbuhan M2 pada Juni 2022 terutama dipengaruhi oleh akselerasi penyaluran kredit dan perkembangan keuangan pemerintah," tertulis dalam laporan itu.

BI mencatat bahwa penyaluran kredit pada Juni 2022 tumbuh 10,3 persen yoy, lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya yakni 8,7 persen yoy. Di sisi lain, tagihan bersih kepada pemerintah pusat terkontraksi 14,0 persen yoy, berbalik negatif dibandingkan dengan posisi Mei 2022 yang positif 3,9 persen yoy.

Aktiva luar negeri bersih pada Juni 2022 tercatat terkontraksi 1,7 persen yoy. Namun, kontraksi itu ternyata membaik dari posisi Mei 2022 yakni 2,9 persen yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper