Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memprediksi Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga 75 basis poin pada bulan ini, seiring besarnya tekanan perekonomian di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara maju.
Kepala Grup Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Wira Kusuma menjelaskan bahwa inflasi terus meningkat di berbagai belahan dunia. Pendorong utamanya, kata dia, yaitu kenaikan harga komoditas dan disrupsi rantai pasok. Tingginya harga komoditas, terutama pangan, membuat berbagai harga mengalami kenaikan dan terus mengangkat tingkat inflasi.
"Pada Juli kami ramalkan ini [suku bunga The Fed] meningkat 75 basis poin. Ini menggambarkan kondisi pasar keuangan global ketidakpastiannya makin meningkat," ujar Wira dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9, Senin (25/7/2022).
Dia menjelaskan bahwa tingginya harga komoditas dan terkereknya inflasi di Amerika Serikat, juga berbagai belahan dunia, membawa tekanan bagi perekonomian global. Untuk itu, BI menilai bahwa pertumbuhan ekonomi global bisa turun hingga mencapai level 2,2 persen tahun ini.
Selain itu, terdapat pula tekanan karena kebijakan proteksionisme dari berbagai negara. Menurutnya, banyak negara yang melarang atau membatasi ekspor komoditas tertentu untuk mengamankan pasokan di dalam negeri, terutama komoditas pangan, sehingga harga secara global mengalami kenaikan.
Wira menilai bahwa berbagai tekanan itu bisa meningkatkan risiko stagflasi. Di negara maju, lanjutnya, kondisi itu dapat direspons dengan peningkatan suku bunga acuan.
Baca Juga
"Kondisinya, inflasi global meningkat, baik di negara maju maupun negara berkembang," katanya.
Seperti diketahui, inflasi Amerika Serikat melesat jauh di atas ekspektasi bulan Juni 2022, sekaligus mencatat lonjakan terbesar sejak 1981. Hal ini membuat Federal Reserve semakin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan akhir bulan ini.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (13/7/2022), Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (CPI) AS naik 9,1 persen pada Juni 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) Departemen Tenaga Kerja.
Dibandingkan bulan sebelumnya, CPI AS naik 1,3 persen, terbesar sejak 2005. Adapun CPI inti, yang menghilangkan komponen makanan dan energi yang lebih mudah berubah, naik 0,7 persen mom dan 5,9 persen (yoy).