Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asosiasi Leasing Optimistis Kredit Mobil & Motor Tahun Ini Tetap Manis

Kendati bisnis pembiayaan terkait otomotif dibayangi sejumlah tekanan industri multifinance tetap optimistis bisa mencetak pertumbuhan.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno dalam Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022, Selasa (2/8/2022)/Bisnis.com-Aziz R
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno dalam Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022, Selasa (2/8/2022)/Bisnis.com-Aziz R

Bisnis.com, JAKARTA - Industri pembiayaan tetap optimistis permintaan kredit kendaraan tetap terjaga, kendati mulai muncul beberapa sentimen negatif yang berpotensi menekan angka penjualan pada semester II/2022.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut kenaikan inflasi yang berpotensi mengerek suku bunga acuan dalam waktu dekat, bisa jadi merupakan salah satu penghambat minat beli masyarakat. 

Namun, Suwandi melihat masih ada sentimen positif, terutama tingginya kebutuhan para pemilik kendaraan pribadi berusia 6-7 tahun untuk berganti kendaraan. Selain itu, tingkat mobilitas yang terjaga seiring meredanya pandemi, kembali membawa kendaraan pribadi sebagai aset utama masyarakat untuk menjaga produktivitas.

"Buat perusahaan pembiayaan, saya yakin debitur yang mau beli mobil dan motor itu kalau suku bunga naik 2-3 persen tidak terlalu terpengaruh. Pernah kita mengalami suku bunga kredit perbankan sampai 18 persen pun, tetap orang beli kendaraan waktu itu," ujarnya dalam diskusi virtual Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022, Selasa (2/8/2022).

Selain itu, Suwandi pun meyakini para pemangku kepentingan tak akan menelurkan kebijakan yang berpotensi menekan daya beli masyarakat secara seketika, menilik pembiayaan konsumen begitu efektif menjadi bahan bakar pemulihan ekonomi nasional pada krisis-krisis sebelumnya.

Adapun, tantangan lain yang berpotensi menjadi penghambat penyaluran pembiayaan secara lebih signifikan, berasal dari keterbatasan pasokan mobil dan motor, akibat fenomena kelangkaan chip semikonduktor.

Suwandi melihat bahwa krisis chip merupakan dampak lockdown China, selain fenomena krisis chip sebelumnya yang disebabkan para produsen chip memprioritaskan industri barang elektronik dan gadget ketimbang industri otomotif.

"Tapi optimisme kami masih tinggi, berasal dari para dealer mobil dan motor, di mana begitu banyaknya SPK [Surat Pemesanan Kendaraan] yang masuk, tapi supply tidak bisa memenuhi. Padahal, sebentar lagi ada pameran otomotif besar, euforia terhadap kendaraan listrik juga mulai membanjiri masyarakat Indonesia. Artinya, [sentimen negatif] tinggal soal krisis komponen," tutupnya.

Sebagai gambaran, dari total piutang pembiayaan barang konsumsi industri multifinance sekitar Rp270 triliun per Mei 2022, sebanyak 41 persen merupakan kontribusi mobil baru, 24 persen dari sepeda motor baru, dan 19 persen dari mobil bekas. Lain-lain, seperti sepeda motor bekas, elektronik, furnitur, atau barang konsumsi lainnya, masing-masing berkontribusi di bawah 10 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper