Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Restrukturisasi Kredit Dampak Covid-19 di BNI, 64 Persen Debitur Membayar

BNI mencatat restrukturisasi kredit akibat Covid-19 tercatat turun menjadi Rp62,9 triliun berbanding Rp81,8 triliun. pada periode yang sama tahun lalu.
Gedung BNI/Istimewa
Gedung BNI/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menyampaikan kredit restrukturisasi Covid-19 di perseroan terus mengalami penurunan. BNI optimistis tren penurunan akan terus berjalan di semua segmen pada tahun ini.

Corporate Secretary BNI Mucharom mengatakan kualitas kredit BNI hingga pertengahan 2022 terpantau makin baik.

Per Juni 2022, Loan at Risk (LaR) termasuk kredit restrukturisasi karena Covid-19 sudah berada pada posisi 19,6 persen, dengan nonperforming loan (NPL) yang menurun ke level 3,2 persen, atau turun hingga 70-80 bps year on year (YoY).

Secara nilai, kredit restrukturisasi Covid-19 tercatat sebesar Rp62,9 triliun turun dari posisi periode sama tahun lalu sebesar Rp81,8 triliun.

“Bahkan, 64 persen debitur BNI yang terdampak pandemi telah mulai melakukan pembayaran di atas base lending rate, sehingga kami optimis tren perbaikan kualitas kredit akan terus berjalan di semua segmen,” kata Mucharom kepada Bisnis, Rabu (17/8/2022).

Base lending rate adalah formula untuk menghitung besarnya bunga pinjaman kepada para debitur pada perusahaan jasa keuangan.

Perseroan disebutkan tetap menjaga kualitas kredit secara berkelanjutan melalui perbaikan proses kredit secara end to end.

Dia juga mengatakan, BNI mengapresiasi semua upaya pemerintah yang membuat iklim berbisnis menjadi sangat kondusif meskipun di tengah ancaman krisis global. Restrukturisasi kredit akibat pandemi terus menunjukkan perbaikan yang makin signifikan.

Adapun mengenai rencana perpanjangan restrukturisasi, BNI akan selalu bersama pemerintah mendukung semua regulasi yang akan dibuat. Namun, BNI menyampaikan bahwa, kondisi pencadangan BNI dalam posisi yang ample, dengan tren perbaikan kualitas kredit yang makin baik.

“Penyaluran kredit tahun ini juga kami harapkan dapat tumbuh sebesar 7 persen hingga 10 persen untuk mendorong akselerasi pemulihan ekonomi nasional,” kata Mucharom.

Strategi ekspansi kredit, kata Mucharom, beriringan dengan upaya penjagaan stabilitas portfolio dalam jangka panjang mengingat ekonomi dunia dan dalam negeri masih dalam situasi ketidakpastian global yang cukup tinggi.

Pada semester kedua tahun ini, BNI melihat tren penyaluran kredit makin prospektif. Pada segmen korporasi BNI memberikan secara proaktif mencari potensi penyaluran kredit kepada nasabah-nasabah unggulan seperti industri pakan ternak, FMCG, telekomunikasi, kelistrikan, energi, hingga kesehatan.

“Sektor-sektor ini akan terus berkinerja baik dalam berbagai siklus pemulihan ekonomi,” kata Mucharom.

Dia juga menuturkan bahwa BNI selalu berupaya untuk menjadi partner yang mampu membantu pemulihan sekaligus mendorong ekspansi kinerjanya di masa pemulihan ekonomi tahun ini.

“Kami pun memproyeksikan rasio NPL akan terus membaik hingga akhir tahun, di bawah 3%. Posisi rasio LAR juga diperkirakan akan terus turun mengingat 2/3 nasabah Covid-19 restrukturisasi sudah mulai mampu mencicil dengan suku bunga di atas base lending rate,” kata Mucharom.

Secara bertahap, nasabah-nasabah Covid-19 restrukturisasi kredit BNI, akan dikeluarkan dari klasifikasi LAR menjadi kredit lancar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper