Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu Sri Mulyani Sebut 80 Persen Aset Keuangan di Perbankan Pekerjaan Rumah, Kok Bisa?

Dana yang berpusat di perbankan perlu diarahkan ke sektor investasi lain yang bertenor lebih panjang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) didampingi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar (kiri), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memberikan keterangan saat Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Senin (1/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) didampingi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar (kiri), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memberikan keterangan saat Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Senin (1/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan sektor keuangan Indonesia saat ini masih didominasi oleh sektor perbankan. Sebanyak 80 persen dari aset keuangan berada di sektor perbankan dalam bentuk deposito atau simpanan dengan jangka pendek di bawah 5 tahun.

Adapun sektor yang memiliki kemampuan mengakumulasi kemampuan jangka panjang, seperti industri asuransi dan dana pensiun, kontribusinya di dalam sektor keuangan hanya 14 persen. Menurut Sri Mulyani hal itu menjadi pekerjaan rumah bagi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

“Ini menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi KSSK untuk terus mampu membangun sektor keuangan, yang mampu mengumpulkan dan memobilisasi dana dalam jangka panjang yang kuat,” kata Sri Mulyani dalam live streaming Like IT, Jumat (12/8/2022).

Sri Mulyani menuturkan sektor keuangan di Indonesia masih berorientasi pada akumulasi dana yang sifatnya jangka pendek, dan ini akan sangat menyulitkan ketika ada kebutuhan pembangunan dan kebutuhan perekonomian, yang membutuhkan sumber dana yang berasal dari sumber dana jangka panjang.

“Misalnya untuk pembangunan infrastruktur yang membutuhkan dana sangat besar, yang kemudian kemampuan untuk mengembalikannya membutuhkan jangka waktu yang panjang, katakanlah 20 - 30 tahun,” kata Sri Mulyani.

Kemampuan sektor keuangan di Indonesia untuk memupuk dana jangka panjang sangat penting. Sri Mulyani mengatakan peranan kementerian keuangan dalam mengelola fiskal adalah dengan terus memperkenalkan instrumen keuangan, yang mampu dilihat oleh investor ritel, sebagai instrumen baru di luar deposito dan tabungan. Kemenkeu terus memperkenalkan surat berharga negara dan sukuk, yang memiliki jangka waktu panjang.

Sekadar informasi, pada Juni 2022, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito, tercatat Rp7.330,3 triliun, atau tumbuh 8,9 persen year on year, melambat dibandingkan Mei yang sebesar 10,1 persen yoy. Sementara itu pada April 2022, DPK masih tumbuh 10,3 persen.

Dalam laporan uang beredar yang dirilis Bank Indonesia, perlambatan pertumbuhan terjadi di seluruh jenis simpanan, yakni giro, tabungan, serta simpanan berjangka (deposito). Pada Juni 2022, giro tercatat tumbuh 20,1 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 23,6 persen (yoy), terutama di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Adapun total Giro pada Juni 2022 sebesar Rp2.089,1. Dari jumlah tersebut sebesar Rp1.610,5 triliun berasal dari segmen korporasi.

Sementara itu, tabungan tercatat tumbuh 12,1 persen (yoy), melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 13,1 persen (yoy), terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Total tabungan pada Juni 2022 sebesar Rp2.536,5 triliun.

Simpanan berjangka (deposito) mengalami kontraksi sebesar 1,0 persen (yoy), lebih dalam dari kontraksi 0,5 persen (yoy) pada bulan sebelumnya, terutama pada bank yang berlokasi di DKI Jakarta dan Sumatera Selatan.

Total deposito pada Juni 2022 sebesar Rp2.704,8 triliun, di mana sebanyak Rp1.332 triliun berasal dari deposito perorangan. Kontraksi deposito perorangan makin dalam pada Juni 2022 menjadi 6,3 persen (yoy) dari 5,7 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Sementara itu deposito dari segmen korporasi tumbuh stagnan 10,1 (yoy) persen pada Juni dibandingkan dengan Mei 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper