Bisnis.com, JAKARTA – Kabar pendekatan yang dilakukan Sumitomo Mitsui Financial Group untuk menjadi pemegang saham pengendali PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN) membuat saham perseroan bercokol di jajaran top gainers sepanjang 22–26 Agustus 2022.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, Minggu (28/8/2022), saham bank milik Mu'min Ali Gunawan tersebut menduduki peringkat kelima top gainers dengan kenaikan sebesar 38,02 persen atau dari Rp1.565 menuju Rp2.160 per lembar.
Kenaikan harga tersebut terjadi sejak Sumitomo Mitsui dikabarkan mendekati PNBN pada 22 Agustus lalu. Kabar itu lantas membuat saham PNBN reli sepanjang 22–25 Agustus 2022.
Desas-desus terkait pendekatan yang dilakukan Sumitomo Mitsui bermula ketika sumber dalam pemberitaan Bloomberg menyebutkan Sumitomo akan bersaing dengan Mitsubishi UF Financial Group Inc. (MUFG) untuk menjadi pengendali saham PNBN.
Sumber tanpa nama itu menuturkan kedua perusahaan finansial asal Jepang, tersebut tengah bekerja dengan penasihat investasi dan mempelajari dokumen yang disediakan sebelum beranjak ke perjanjian penawaran yang mengikat (conditional sale purchase agreement/CSPA).
Sementara itu, pertimbangan penjualan dikabarkan masih berlangsung dan belum memiliki keputusan akhir. Sumber Bloomberg tersebut juga menyatakan bahwa saat ini semua pihak sedang mempertimbangkan rencana terbaik.
MUFG sendiri dinilai sebagai kandidat terkuat dalam persaingan menjadi pengendali saham Bank Panin. MUFG juga diketahui merupakan pemegang saham pengendali PT Bank Danamon Tbk. (BDMN) dengan kepemilikan 92,47 persen.
Di sisi lain, kinerja Bank Panin sepanjang paruh pertama 2022 berhasil meraup laba bersih sebesar Rp1,6 triliun atau naik 10,45 persen year-on-year (yoy). Kenaikan pendapatan bunga bersih dan turunnya beban bunga jadi faktor kunci kenaikan laba perseroan.
Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo mengatakan pada kuartal II/2022 pendapatan bunga bersih perseroan mencapai Rp5,04 triliun, naik 3,85 persen yoy. Adapun beban bunga berhasil dipangkas 31,33 persen yoy menjadi Rp1,84 triliun.