Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Acuan Naik, BRI (BBRI) Ungkap Dampaknya

Suku bunga acuan telah berdampak pada suku bunga deposito negosiasi BRI (BBRI).
Kantor pusat Bank Rakyat Indonesia/Dok. BRI
Kantor pusat Bank Rakyat Indonesia/Dok. BRI

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menyampaikan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen sudah mulai berdampak pada suku bunga deposito perusahaan.

Sebagaimana diketahui, keputusan bank sentral mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) adalah sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food.

Tak hanya itu, keputusan tersebut juga dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat.

"Saat ini, kenaikan bunga acuan sudah mulai berdampak kepada bunga deposito BRI, dimulai dari suku bunga negosiasi yang bergerak mengikuti mekanisme permintaan di pasar," ucap Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto kepada Bisnis, Rabu (14/9/2022).

Aestika menyampaikan bank pelat merah bersandi saham BBRI itu akan terus mendorong pertumbuhan dana murah (current account savings account/CASA) menjadi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

Tercatat, hingga kuartal II/2022, dana murah yang dimiliki BRI meningkat 13,38 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Secara rinci, giro tercatat tumbuh 25,63 persen dan tabungan tumbuh 8,32 persen.

Secara umum, Aestika mengungkapkan bahwa saat ini porsi CASA BRI tercatat 65,12 persen, meningkat signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 59,56 persen.

BRI akan terus meningkatkan porsi CASA ini sebagai bagian dari transformasi struktur liabilitas perseroan untuk mendukung bisnis yang berkelanjutan, yakni melalui transaction based product and services di segmen wholesale, serta penguatan fitur dan transaksi keuangan melalui financial super apps BRImo,” tuturnya.

Selain itu, peningkatan dana murah tidak terlepas dari optimalisasi BRI terhadap 148 juta nasabah tabungan perseroan. Aestika menjelaskan strategi tersebut dilakukan melalui penyediaan produk CASA BRI yang lengkap serta produk giro.

Untuk tabungan, lanjut Aestika, BRI memiliki produk berupa Tabungan BRI BritAma, Simpedes dan Tabunganku. Ke depan, perseroan terus berupaya meningkatkan pengalaman pelanggan (customer experience) dengan menciptakan kembali proses bisnis melalui AgenBRILink dan BRImo.

Di samping itu, BRI juga menyediakan platform pembayaran yang disesuaikan untuk menangkap potensi pertumbuhan baru melalui BRI Open API.

Lebih lanjut, BRI juga telah menyiapkan beberapa strategi pertumbuhan DPK. Sejumlah strategi tersebut di antaranya mengakselerasi akuisisi rekening secara digital melalui digital saving dan mendorong transaction based CASA menjadi source of fund digital ecosystem platform.

“Kami juga akan meningkatkan acceptance transaksi dengan CASA BRI di ekosistem merchant seperti rumah sakit, universitas, sekolah, koperasi, dan pesantren,” katanya.

Selain itu, BRI juga akan terus mengoptimalisasikan BritAma FSTVL dan Panen Hadiah Simpedes sebagai umbrella campaign dan menjadi partner utama strategis pemerintah dalam penyaluran bantuan sosial non tunai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper