Bisnis.com, JAKARTA - Survei yang dilakukan Center of Economics and Law Studies (Celios) mengungkapkan ada tiga produk investasi yang digemari oleh masyarakat Indonesia saat ini. Apa saja?
Reksadana, pasar saham dalam negeri, dan aset kripto menjadi tiga produk investasi utama yang dimiliki oleh mayoritas masyarakat Indonesia dengan rata-rata penempatan dana dari Rp500.000 hingga Rp1 juta.
Berdasarkan hasil survei Celios, kepemilikan instrumen investasi terbanyak ditempati oleh Reksadana sebesar 29,8 persen, pasar saham dalam negeri 21,7 persen, dan aset kripto 21,1 persen.
“Apa yang paling banyak? Yang surprising buat kita, Reksadana dari dulu sudah ada, pasar saham dalam negeri sudah cukup lama dikenal, nomor tiga yang baru tapi melesat cukup besar yaitu aset kripto,” kata Direktur Celios Bhima Yudhistira dalam acara peluncuran hasil studi Dampak Aplikasi Multi-Aset terhadap Pertumbuhan Investor Ritel di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (20/9/2022).
Hasil tersebut diperoleh dari survei nasional yang dilakukan pada periode 20-28 Juni 2022 terhadap 3.530 responden dipilih secara acak.
Adapun, mayoritas responden survei berasal dari pulau Jawa dan Bali yakni sebesar 75,6 persen serta kelompok umur 24-35 tahun dengan jenis pekerjaan utama adalah karyawan swasta 35,4 persen.
Baca Juga
Sementara, emas atau emas digital berada di bawah aset kripto dengan kepemilikan sebesar 12,8 persen, diikuti pasar saham luar negeri 9,0 persen, obligasi/surat utang/surat berharga negara (SBN)/sukuk sebesar 3,7 persen, serta produk derivatif atau indeks saham sebesar 1,9 persen.
Terkait aset kripto yang menjadi salah satu dari tiga produk investasi utama yang dimiliki oleh mayoritas masyarakat Indonesia, Bhima menuturkan bahwa ketertarikan terhadap aset kripto merupakan hal yang positif.
Pasalnya, aset kripto dipandang sebagai salah satu instrumen investasi yang erat kaitannya dengan teknologi atau salah satu breakthrough dalam teknologi terbaru. Kendati demikian, saat ditanya lebih lanjut terkait aset kripto Bhima mengungkapkan terjadi jawaban yang sedikit kontradiktif.
Berdasarkan hasil survei yang dipaparkan Celios, sebanyak 69 persen investor ritel cenderung menilai bahwa aset kripto memiliki risiko yang tinggi. Sementara 4 persen memilih risiko aset kripto rendah.
“Tapi udah tahu tinggi, kalau ditanya paham nggak terhadap aset kripto, 75 persen menjawab belum atau tidak paham. Berarti minatnya besar, persepsi risikonya tinggi, tapi pemahamannya itu masih rendah. Jadi kita tidak menutupi bahwa hasil surveinya begini, ini artinya ada gap dalam literasi,” ungkap Bhima.