Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) akan terus memacu pertumbuhan dana murah (CASA) di tengah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Emiten berkode saham BINA itu juga telah menaikkan suku bunga deposito sesuai dengan kondisi pasar.
Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu mengatakan perseroan sudah memperhitungkan kenaikan suku bunga simpanan dengan melihat inflasi dan kebijakan bank sentral Amerika Serikat serta kondisi pasar. Pertimbangan perseroan menaikan suku bunga deposito untuk dapat menyesuaikan dengan peers sehingga dana yang keluar dapat diredam.
“Tentunya kenaikan suku bunga simpanan akan berdampak kenaikan suku bunga pinjaman. Tetapi sampai saat ini kenaikan suku bunga pinjaman masih manageable karena posisi CASA kami cukup baik. Kami sedang gencar memasarkan produk CASA kami,” kata Daniel kepada Bisnis, Kamis (22/9/2022).
Current Account Saving Account (CASA) merupakan dana murah yang berasal dari tabungan dan giro. Lebih lanjut, tabungan dan giro disebut dana murah karena perbankan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendapatkan kedua jenis dana pihak ketiga tersebut, tidak seperti deposito yang merupakan dana mahal.
Sekadar informasi per Juli 2022, total dana pihak ketiga Bank Ina sebesar Rp17,03 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp9,39 triliun merupakan dana murah atau sekitar 55.15 persen berasal dari tabungan dan giro.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 3,50 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5,00 persen.
Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3,0±1% pada paruh kedua 2023, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.