Bisnis.com, JAKARTA – Persetujuan rencana rights issue dari PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) akan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Luar Biasa pada 29 September 2022. Lantas apa yang akan dilakukan AGRO untuk menarik minat investor?
Anak perusahaan BRI Group tersebut diketahui telah mengumumkan rencana penerbitan saham baru maksimal 3,5 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp100 per saham, yang akan ditawarkan melalui rights issue.
Jumlah saham baru yang diterbitkan AGRO setara 15,39 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan pada 31 Juli 2022. Harga pelaksanaan rencana rights issue tersebut akan ditetapkan dan diumumkan kemudian di dalam prospektus.
Dalam keterbukaan informasi, manajemen menjelaskan penentuan harga pelaksanaan akan memerhatikan kondisi makro ekonomi, industri perbankan dan pasar modal, kondisi fundamental serta kinerja perseroan, sekaligus masukan dari para pemegang saham.
Nantinya, dana yang diperoleh AGRO dari rights issue akan digunakan untuk memperkuat permodalan sekaligus sebagai ekspansi modal kerja dalam penyaluran kredit. Langkah ini pun diharapkan mampu berkontribusi positif terhadap kinerja keuangan AGRO.
Tidak hanya itu, Bank Raya juga berharap penguatan struktur modal dapat mendukung kegiatan usaha perseroan ke depan, sehingga menciptakan value bagi pemegang saham dan para pemangku kepentingan serta memenuhi kewajiban modal inti minimum.
Seiring dengan rencana aksi korporasi itu, Bank Raya akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis (29/9/2022). Rapat akan berlangsung di Jakarta, mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai.
Terkait rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD), emiten bank bersandi AGRO ini telah memiliki sejumlah strategi untuk menarik investor agar dapat mengambil saham baru yang diedarkan perseroan.
Direktur Keuangan Bank Raya Akhmad Fazri sempat mengatakan bahwa sebagai upaya mengoptimalkan penerbitan saham baru, diperlukan adanya penciptaan nilai untuk pemangku kepentingan dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap saham AGRO.
Oleh sebab itu, Bank Raya akan mewujudkan aspirasi perseroan sebagai bank digital terbaik dengan menjadi rumah bagi perusahaan finansial teknologi atau fintech, serta gig economy.
Sebagai konteks, gig economy merupakan sebuah sistem ekonomi di mana perusahaan hanya mengontrak pekerja dalam jangka pendek atau jangka waktu tertentu. Dalam sistem ini seseorang dibayar per proyek yang dikerjasamakan sesuai kontrak.
“Bank Raya akan mengoptimalkan pengembangan digital saving dan digital lending yang disesuaikan dengan kebutuhan gig economy,” kata Akhmad kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Dengan fokus menggarap sektor gig economy, Bank Raya sejauh ini telah menyalurkan kredit sebesar Rp1,5 triliun ke segmen ini. Pencairan kredit diklaim dapat ditempuh dalam waktu di bawah 10 menit, bertenor 7 hari, dan ticket size maksimum mencapai Rp25 juta.
Direktur Utama Bank Raya Kaspar Situmorang, dalam laporan Public Expose Live 2022, mengatakan pihaknya terus berkonsentrasi pada pekerja informal karena sejauh ini bank umum telah memberikan pelayanan maksimal kepada pekerja formal.
Berdasarkan riset yang dilakukan perseroan, kata Kaspar, jumlah pekerja informal di Indonesia mencapai 77,9 juta pekerja atau 59,5 persen dari total pekerja. Sementara itu, porsi pekerja informal di setiap provinsi rata-rata mencapai sekitar 50 persen - 56 persen.
“Namun, kami melihat terdapat masalah pada para pekerja informal, yakni ketiadaan agunan, sehingga dalam penyaluran unsecured loan kami berkolaborasi dengan big data dan platform based,” ujar Kaspar dikutip dari keterbukaan informasi.
Untuk itu, lanjutnya, Bank Raya hadir dengan mengamplifikasi proses pengajuan pinjaman, simpanan dan lain sebagainya. Solusi yang juga berdasarkan kerangka kerja, sehingga dengan membantu pekerja informal, Bank Raya dapat berakselerasi secara cepat dan berkelanjutan.