Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi BRI (BBRI) Hadapi Ancaman Inflasi hingga Suku Bunga Tinggi

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkap 4 strategi BRI (BBRI) dalam menghadapi ancaman inflasi global hingga suku bunga tinggi.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) Sunarso/Istimewa
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) Sunarso/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI) menyiapkan empat strategi mitigasi risiko dalam menghadapi ancaman inflasi dan suku bunga tinggi, serta ekonomi global yang memburuk.

Sebagaimana diketahui, kondisi ekonomi global yang memburuk telah membayangi ekonomi Indonesia. Dana Moneter Internasional atau IMF memproyeksikan inflasi global akan mencapai 8,8 persen pada akhir 2022, sebelum kembali ke 4,1 persen pada 2024. Titik tertinggi inflasi diperkirakan terjadi pada kuartal III/2022, yakni 9,5 persen.

Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) juga kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada pertemuan FOMC bulan lalu.

Di sisi lain, IMF memangkas perkiraan atau outlook pertumbuhan ekonomi global 2023 menjadi 2,7 persen. Perkiraan tersebut turun dari 2,9 persen pada Juli 2022 dan 3,8 persen pada Januari 2022. Ekonomi global juga terancam resesi pada tahun depan.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan memburuknya kondisi ekonomi global sedikitnya membawa kekhawatiran di Indonesia.

"Inflasi naik meskipun tidak seburuk negara lain," katanya dalam pembukaan Capital Market Summit & Expo, Kamis (13/10/2022).

Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan laju inflasi pada September 2022 sebesar 1,17 persen (month-to-month/mtm) dan secara tahunan menembus 5,95 persen.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps), sehingga menjadi 4,25 persen. Sunarso mengatakan BRI menganntisipasi dengan empat skema. 

Pertama, ekonomi pulih, inflasi naik, dan kualitas pinjaman memburuk, maka bank akan melakukan percepatan proses write-offs untuk recovery rate yang lebih tinggi. Bank juga mempertahankan coverage ratio yang tinggi.

Dengan kondisi ini bank tetap tumbuh secara selektif dengan menerapkan enhance credit risk model dan loan portofolio guideline (LPG) yang diatur secara moderate. Pemantauan kualitas pinjaman juga dilakukan secara intensif.

Kedua, apabila ekonomi pulih, inflasi terkendali, dan kualitas pinjaman membaik, maka bank akan mempercepat proses write-offs untuk recovery rate yang lebih tinggi.

"Namun, bank menurunkan coverage ratio dan menerapkan enhance risk-based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk. LPG juga lebih mengendur sebagai pedoman strategi pertumbuhan," jelasnya. 

Ketiga, apabila ekonomi stagnan, inflasi naik, dan kualitas pinjaman memburuk, bank tumbuh secara terbatas. Pengaturan LPG juga dilakukan sangat ketat.

Bank juga mempertahankan coverage ratio yang tinggi. Kemudian, pemantauan kualitas pinjaman secara intensif. Simulasi dan stress test juga dilakukan secara berkesinambungan.

Skema terakhir, apabila ekonomi stagnan, inflasi terkendali, dan kualitas pinjaman membaik, bank tumbuh selektif dengan LPG yang diatur moderate.

Kemudian, bank mempertahankan coverage ratio yang tinggi. Bank juga melakukan pemantauan kualitas pinjaman yang intensif serta simulasi dan stress test yang berkesinambungan.

"Langkah-langkah ini dilakukan untuk pastikan denyut bank aman," ujarnya.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar juga mengatakan, kondisi ekonomi global saat ini tengah menunjukkan situasi memburuk.

"Tapi, tidak ada perkiraan atau ramalan yang menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia akan turun. Bahkan, IMF  beberapa hari lalu tetap memperkirakan pertumbuhan Indonesia 5 persen," ujarnya dalam pembukaan Capital Market Summit & Expo, Kamis (13/10/2022).

Stabilitas dan kesehatan industri jasa keuangan baik di perbankan, pasar modal, maupun juga di industri keuangan non-bank sudah pulih.

"Kondisinya berada jauh lebih sehat dan siap menjaga serta mengawal kelanjutan perekonomian Indonesia," katanya.

Di sektor perbankan, berdasarkan laporan Analisis Perkembangan Uang Beredar, penyaluran kredit perbankan pada Agustus 2022 tembus Rp6.155,9 triliun, atau tumbuh 10,3 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy).

Meski begitu, dalam konteks antisipasi dan waspada pemburukan ekonomi global, otoritas tetap melakukan langkah-langkah kongkrit. Di industri jasa keuangan misalnya dilakukan tindakan stress test. Industri jasa keuangan juga mengkalkulasi seluruh risiko yang ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper