Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengklaim menduduki posisi puncak kredit sindikasi hingga 2 Oktober 2022.
Berdasarkan Bloomberg League Table Reports, pangsa pasar sindikasi Bank Mandiri sebagai mandated lead arranger (MLA) mencapai 15,6 persen sejak 1 Januari 2022 hingga 2 Oktober 2022. Selama periode itu, Bank Mandiri telah mengelola pembiayaan sindikasi senilai US$3,41 miliar atau Rp52,81 triliun dari sisi MLA.
Dari sisi Bookrunner, Bank Mandiri juga meraih posisi puncak dengan pangsa pasar 16,86 persen dan total nilai US$2,3 miliar atau Rp35,62 triliun.
MLA sendiri merupakan pihak yang mengatur dalam pembentukan sindikasi. Sementara bookrunner adalah pihak yang mengajak bank-bank lain untuk turut serta dalam pembiayaan sindikasi.
“Pencapaian ini merupakan bentuk komitmen dan dukungan Bank Mandiri dalam mempercepat ekspansi usaha serta pengembangan bisnis pelaku usaha yang dapat berkontribusi langsung terhadap perekonomian Tanah Air,” ujar Direktur Corporate Banking Susana Indah Kris Indriati dalam siaran pers, Senin (17/10/2022).
Indah mengatakan, transaksi kredit sindikasi yang dikelola Bank Mandiri tidak hanya melibatkan lembaga keuangan domestik, tapi juga melibatkan lembaga keuangan internasional.
Menurutnya, demand atas Indonesian Syndicated Loan di luar negeri cukup tinggi. Hal ini membuat Bank Mandiri menggandeng mitra bank di luar negeri untuk ikut berpartisipasi pada kredit sindikasi tersebut.
"Bank Mandiri memiliki keunggulan serta komitmen yang kuat dalam dukungan kepada pembiayaan berskema sindikasi. Kami berharap upaya ini juga dapat menjadi katalis pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, potensi pembiayaan sindikasi terbuka lebar sejalan dengan berkurangnya kasus Covid-19 dan mulai membaiknya perekonomian Indonesia. Meskipun, ekonomi dunia mengalami peregangan akibat perang Rusia dan Ukraina, adanya kenaikan harga komoditas khususnya energi, inflasi yang tinggi di banyak negara, hingga kenaikan suku bunga acuan.
Apalagi, Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang relatif besar, di mana kestabilan dan pertumbuhan ekonominya ditunjang dari tingkat konsumsi masyarakat.
“Prospek pembiayaan sindikasi sangat menjanjikan, dengan beberapa transaksi yang masih dalam proses dan iklim investasi yang masih baik dan dukungan pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi,” kata Rudi kepada Bisnis, bulan lalu (12/9/2022).