Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan alias leasing PT Home Credit Indonesia (Home Credit) mencatatkan semakin tingginya permintaan pembiayaan gawai alias handphone di Indonesia.
Chief Marketing & Digital Officer Home Credit Indonesia Sheldon Chuan mengungkap realisasi pembiayaan telah mencapai Rp5,9 triliun per September 2022. Total pinjaman ini didominasi produk gawai dan aksesoris.
"Pembiayaan kami tercatat naik 22 persen [year-on-year/yoy] dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp4,8 triliun. Secara umum, gadget dan aksesoris masih mendominasi. Namun, semua produk lain kami, seperti elektronik, furnitur, dan fesyen pun kompak ikut bertumbuh," ujarnya ketika ditemui selepas menghadiri acara di bilangan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (27/10/2022).
Sebagai perbandingan, penyaluran pembiayaan baru Home Credit sepanjang tahun lalu mampu mencapai Rp6,5 triliun. Sheldon masih optimistis kinerja pembiayaan pada akhir tahun nanti tetap bertumbuh, kendati ada tantangan dari sisi gejolak kondisi perekonomian, seperti lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga acuan.
Namun, Sheldon melihat kondisi perekonomian Indonesia terbilang kondusif ketimbang negara-negara lain. Harapannya, daya beli masyarakat pun masih kuat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas belanja lewat platform dagang-el (e-commerce) dan tren kebutuhan berganti gawai jelang akhir tahun.
"Berdasarkan obrolan kami dengan para mitra merchant, semuanya masih optimistis menghadapi kuartal IV/2022, asalkan tidak akan kejadian signifikan yang berpengaruh negatif terhadap perekonomian nasional. Bagi Home Credit pun biasanya rata-rata penyaluran bulanan di Oktober dan November itu memang cenderung flat, tapi Desember pasti meningkat pesat," jelasnya.
Baca Juga
Oleh sebab itu, Home Credit pun menanggapi peluang ini dengan mengusung strategi tetap memberikan bunga yang kompetitif kepada konsumen, sembari melihat kondisi sumber pendanaan ke depan. Terutama, bagaimana besaran bunga dari para mitra perbankan.
"Beberapa mitra perbankan kami memang sudah ada yang menaikkan suku bunga. Jadi kami pun setiap bulan mengevaluasi apakah perlu menaikkan pengenaan bunga kepada para konsumen. Tapi untuk sekarang masih belum ada rencana [menaikkan bunga pembiayaan untuk debitur baru]," tutupnya.