Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Asing di Balik Transisi Hijau Indonesia

Salah satu bank asing, UOB Indonesia berkomitmen untuk tidak menyalurkan kredit ke sektor batu bara pada 2039.
Ilustrasi. /Istimewa
Ilustrasi. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Ada tiga bank asing agresif mengincar penyaluran pembiayaan hijau di Indonesia. Kendati saat ini pasarnya masih tergolong kecil, tetapi PT Bank UOB Indonesia, PT Bank DBS Indonesia, dan PT Bank HSBC Indonesia sepakat peluang pertumbuhan proyek berkelanjutan terbilang besar di Tanah Air. 

UOB Indonesia mendukung komitmen UOB Group untuk masa depan bebas karbon di Asia Tenggara. Presiden Direktur UOB Indonesia Hendra Gunawan mengatakan, UOB Indonesia memadukan prinsip-prinsip environmental, social, and governance (ESG) kepada rencana dan strategi bisnis perusahaan.

“Di UOB Indonesia, kami mendukung nasabah dalam transisi menuju perekonomian karbon rendah guna mendukung target pemerintah mengurangi emisi dan menjalankan strategi ketangguhan iklim,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Selasa (8/11/2022).

Bank yang dikendalikan oleh United Overseas Bank Limited ini juga mendukung target negara ini mencapai emisi nol bersih pada 2060 atau lebih cepat dari itu. Sejauh ini UOB telah menjalankan efisiensi energi, tenaga surya, pengelolaan sampah, serta daur ulang plastik yang ramah lingkungan.

“Kami juga berharap dapat membantu menghubungkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia seiring dengan upaya kami dalam berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi hijau Indonesia yang berkelanjutan,” ungkapnya.

UOB juga berkomitmen untuk tidak lagi terlibat dalam pembiayaan untuk sektor batu bara termal pada 2039. Kemudian, UOB memperluas cakupan target untuk memasukkan sektor tambahan seiring dengan tersedianya data dan skenario iklim.

Sebelumnya, Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan mengatakan kontribusi UOB dalam pembiayaan hijau sudah sangat besar, meski di Indonesia masih baru.

“Target [pembiayaan hijau] kami ambisius. Dalam 3–5 tahun ke depan pertumbuhannya 4-5 kali lipat dari yang sudah ada. Saya dapat menyampaikan pembiayaan berkelanjutan, ini cukup signifikan dan menjadi mesin pertumbuhan kredit kami,” kata Harapman dalam acara U-Energy: Transitioning to Net Zero Through Energy Efficiency pada Juni 2022.

Tidak hanya itu, lanjutnya, portofolio pembiayaan perusahaan dari sektor energi terbarukan juga tumbuh signifikan. Akan tetapi, dia tidak menyebutkan detail pertumbuhan tersebut.

Dalam perkembangan lain, HSBC Indonesia juga gencar mengembangkan pembiayaan hijau di Indonesia. Secara global, HSBC telah mengalokasikan hingga US$1 triliun dalam keuangan dan investasi pada 2030 untuk mendukung klien dalam membuktikan bisnis mereka di masa depan, termasuk pembiayaan hijau.

Presiden Direktur Bank HSBC Indonesia Francois de Maricourt mengatakan Indonesia merupakan negara yang potensial untuk menerapkan paradigma ESG. Selain itu, ada banyak sektor di Indonesia yang berpeluang mendapat pembiayaan berkelanjutan bila bertransisi ke operasi bisnis yang rendah karbon.

"Ini jadi pasar masa depan, peluangnya ada banyak di investasi dekarbonisasi ekonomi, low carbon energy, dan lainnya terkait ESG,” ujarnya dalam kunjungannya ke Wisma Bisnis Indonesia belum lama ini.

Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tengara yang memiliki risiko paling besar terkena dampak perubahan iklim. Berdasarkan data Bank Pembangunan Asia, perubahan iklim akan memangkas Pertumbuhan Domestik Bruto (GDP) negara-negara di Asia Tenggara sebesar 11 persen pada akhir abad ini.

PT Bank DBS Indonesia juga gencar menyasar pembiayaan hijau di Indonesia. Bank yang dikendalikan oleh DBS Group Holding Ltd. ini telah mencatatkan penyaluran pinjaman untuk sektor ESG, termasuk pembiayaan hijau senilai Rp2 triliun hingga Oktober 2022.

"Jadi, loan untuk exposure ESG selama ini sudah mencapai Rp2 triliun," ujar Director of Institutional Banking Group Bank DBS Indonesia Kunardy Lie di sela acara signing ceremony penyaluran pendanaan Rp500 miliar dari Bank DBS Indonesia kepada eFishery pada bulan lalu.

Menurutnya, outstanding pembiayaan untuk ESG di Bank DBS Indonesia saat ini terhitung masih kecil. Ia berharap, ke depan pembiayaan terkait ESG akan lebih besar lagi. "Kita lihat ke depan ESG ini jadi satu area prioritas," ujarnya.

Kunardy mengatakan, salah satu upaya Bank DBS Indonesia dalam memberikan pembiayaan hijau yakni dengan menggandeng sejumlah sektor. Bank DBS Indonesia misalnya tahun ini telah menandatangani kerja sama pemberian fasilitas pinjaman senilai Rp394,14 miliar (US$27,5 juta) dengan PT Jaya Bumi Paser (JBP), anak usaha Indika Energy.

Kerja sama antara Bank DBS Indonesia dan Indika Energy merupakan transisi pembiayaan untuk mendanai proyek pengembangan sumber energi baru dan terbarukan berbasis biomassa yaitu wood pellet yang akan dilakukan oleh JBP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper