Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen. Ini membuat dana pihak ketiga (DPK) di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) semakin tebal.
Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16 – 17 November 2022, BI kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps). Sebelumnya, BI telah menaikan suku bunga acuan secara berturut-turut pada Agustus (25 bps), September (50 bps), dan Oktober (50 bps).
Sementara, mengacu laporan Analisis Uang Beredar pada Oktober 2022, kenaikan suku bunga acuan BI itu telah ditransmisikan oleh perbankan ke suku bunga simpanan.
Pada Oktober 2022, suku bunga simpanan berjangka tercatat mengalami peningkatan di seluruh tenor dibandingkan dengan posisi September lalu.
Suku bunga deposito untuk tenor 1 bulan membukukan peningkatan tertinggi, yakni naik 39 basis poin (bps) menuju level 3,37 persen. Sementara itu, tenor 3 bulan meningkat sebesar 32 bps menjadi 3,38 persen per Oktober 2022.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa naiknya suku bunga simpanan membuat deposito perbankan semakin tebal.
Baca Juga
DPK perbankan tercatat mencapai Rp7.681,9 triliun meningkat 10 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan September 2022 yakni 7,7 persen.
Berdasarkan laporan keuangannya, Bank Mandiri dan BCA pun mencatatkan pertumbuhan pesat DPK.
"Sampai dengan saat ini kondisi DPK Bank Mandiri masih mencatatkan pertumbuhan positif," kata Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha pada Rabu (23/11/2022).
Tercatat, DPK Bank Mandiri per kuartal III/2022 tumbuh 12,3 persen yoy menjadi Rp1.041,4 triliun secara bank only.
"Pertumbuhan yang signifikan tersebut, utamanya ditopang oleh kenaikan dari sisi dana murah atau current account and saving account (CASA) baik tabungan maupun giro," katanya.
Secara total, CASA Bank Mandiri per September 2022 telah mencapai Rp793,1 triiliun, tumbuh 10,36 persen yoy. Posisi rasio CASA pun terjaga di level 73,3 persen per kuartal III/2022.
Pertumbuhan DPK ini terjadi di tengah tren naiknya suku bunga acuan.
"Bank Mandiri terus memantau perkembangan suku bunga acuan, posisi likuiditas, dan kompetisi di pasar agar tetap mampu memenuhi proyeksi pertumbuhan DPK sesuai target dengan profitabilitas yang optimal," katanya.
BCA juga mencatatkan pertumbuhan DPK 11 persen yoy menjadi Rp1.026 triliun per kuartal III/2022 seiring dengan tren suku bunga acuan yang tinggi. E
VP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, bahwa BCA telah menaikkan bunga deposito, baik rupiah maupun valas secara berkala.
"Namun, likuiditas BCA cukup memadai didukung oleh pertumbuhan DPK yang solid," katanya.
Dikatakan, pertumbuhan DPK itu ditopang oleh CASA yang naik 15,1 persen yoy menjadi Rp830,4 triliun per September 2022. CASA ini berkontribusi hingga 81 persen dari total DPK.
"Sedangkan, solidnya pendanaan CASA sejalan dengan peningkatan aktivitas transaksi perbankan," kata Hera.