Sementara itu hingga Oktober 2022, industri pembiayaan tumbuh sektiar 12,2 persen secara tahunan. “Kami sampai saat ini bisa bertumbuh dengan baik dengan cara melakukan perubahan pola kerja. Pertumbuhan ini terlihat dari 25 juta debitur kami yang ada, kurang lebih 7-8 juta debitur sifatnya kami memberikan modal kerja, modal usaha atau apapun juga kepada pelaku UMKM, tidak hanya fokus di pembiayaan konsumtif saja,” ujar Suwandi dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2023, Kamis (15/12/2022).
Suwandi juga menyampaikan bahwa industri pembiayaan saat ini memiliki komposisi yang seimbang, di mana pembiayaan multiguna saat ini sudah mengalami penurunan menjadi 54,04 persen dibandingkan sebelumnya yang masih konsumtif di level 60-70 persen. Kemudian pembiayaan investasi juga berada di level 35,31 persen, dan masih akan terus mengalami pertumbuhan ke depannya.
“Pembiayaan modal kerja juga mengalami peningkatan menjadi 9,11 persen, yang tadinya kita tidak mempunyai pembiayaan yang sifarnya modal kerja, tentunya didukung oleh POJK 35 di mana kami bisa memberikan pinjaman langsung kepada debitur yang intinya konsepnya pembiayaan modal kerja atau modal usaha, berangsur-angsur meningkat,” ujar Suwandi.
Selanjutnya, segmen pembiayaan lainnya berdasarkan persetujuan OJK berada di level 0,14 persen, sementara pembiayaan berdasarkan prinsip syairah berada di level 4,72 persen.
Sebagai informasi, di sisi lain, pada Desember 2021 nilai aset Perusahaan Pembiayaan mengalami penurunan sebesar 5,03 persen, sedangkan piutang pembiayaan menurun sebesar 1,49 persen akibat dampak pandemi Covid-19. Namun demikian, pada September 2022 telah terdapat peningkatan nilai aset sebesar 7,65 persen secara year to date seiring dengan peningkatan piutang pembiayaan sebesar 9,11 persen ytd.