Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intip Komitmen BRI (BBRI) untuk Dividen pada 2023

BRI berkomitmen untuk membagi dividen tak kurang dari 70 persen laba bersih selama 3-4 tahun ke depan.
Gedung BRI/Istimewa
Gedung BRI/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau kepada bank-bank dengan raihan laba tinggi untuk memperkuat pencadangan dan tidak buru-buru membagi dividen. Meski begitu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) tetap siap menebar dividennya kepada pemegang saham.

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan bahwa saat ini BRI dalam kondisi sehat, baik dari sisi permodalan, likuiditas, serta kualitas aset. BRI pun optimistis dapat terus menjaga kinerja positif ke depan. Dengan kondisi itu, BRI pun akan tetap menebar dividen kepada pemilik saham.

"BRI berkomitmen untuk membagi dividen tak kurang dari 70 persen laba bersih selama 3-4 tahun ke depan," kata Aestika kepada Bisnis pada Kamis (22/12/2022).

Menurutnya, pembagian dividen itu merupakan bukti nyata komitmen BRI kepada pemilik saham. "BRI adalah bank rakyat, karena keuntungan yang diperoleh akan dikembalikan kepada negara dalam bentuk dividen dan pajak," katanya.

Sementara, dalam menghadapi tantangan ekonomi global tahun depan, BRI senantiasa menyiapkan pencadangan. BRI telah menyiapkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) kredit senilai Rp87,18 triliun pada akhir September 2022.

"Sebagai upaya preventif dan antisipatif dalam menghadapi ketidakpastian, BRI juga telah menyiapkan pencadangan yang memadai dengan NPL (nonperforming loan) coverage per September 2022 mencapai 287,79 persen," ungkap Aestika.

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan bahwa kondisi global pada tahun depan penuh ketidakpastian, antara soft landing atau crash landing. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Mahendra meminta bank untuk memperkuat pencadangan dan tidak buru-buru membagi dividen.

“Bank dengan tingkat keuntungannya tinggi pada tahun ini diingatkan bahwa sebagian [laba] harus untuk memperkuat cadangan. Jangan terlalu euforia lalu buru-buru bagi dividen, kemudian saat dibutuhkan tambahan untuk dukungan pada kondisi lebih berat, itu tidak ada,” ujarnya dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (21/12/2022).

Menurutnya, kondisi yang terjadi di tingkat global memiliki kerawanan untuk komoditas ataupun industri tertentu. Oleh sebab itu, eksposur kredit perbankan yang menyasar dua hal tersebut perlu dikawal dengan baik.

Sementara itu, untuk dalam negeri, Mahendra menuturkan bahwa beberapa pasar ekspor mengalami pelemahan pasar. Semisal, industri manufaktur seperti tekstil dan alas kaki. Sektor ini dinilai perlu diberikan ruang perpanjangan restrukturisasi hingga satu tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper