Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BCA Yakin Pertumbuhan Kredit Melesat pada 2023, Gak Takut Resesi?

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja optimis pertumbuhan kredit BCA melesat pada 2023, meskipun ekonomi global dibayangi ancaman resesi.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja/Istimewa
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja optimis pertumbuhan kredit BCA tahun ini melesat dan rasio kredit macet (nonperforming loan/NPL) akan terus menyusut. Padahal, ekonomi global justru dibayangi ancaman resesi. 

"Kami cukup optimis tahun ini pertumbuhan kredit bisa mencapai sekitar 12 persen dengan DPK [dana pihak ketiga] yang cukup tinggi," ujarnya di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin (16/1/2023).

Sementara, dia memprediksi pertumbuhan kredit itu juga diiringi dengan penjagaan kualitas kredit atau NPL yang terus menurun. 

"[Kredit macet] NPL ada di bawah 3 persen, mungkin sekitar 2 persen," ujar Jahja. 

BCA mencatatkan penyaluran kredit Rp680,41 triliun per November 2022, tumbuh 13,02 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp601,99 triliun. BCA menargetkan total kredit selama 2022 tumbuh di kisaran 8-10 persen. 

Untuk kualitas kredit, BCA masih mencatatkan NPL yang rendah pada tahun lalu. Per kuartal III/2022, BCA mencatatkan NPL gross 2,16 persen dan NPL net 0,66 persen.

Sebelumnya, Jahja mengatakan sektor konsumsi akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu sektor tersebut menjadi potensial tahun ini.

Sektor lain yang diharapkan bertumbuh adalah pariwisata. Jahja menyatakan sejumlah negara mulai melonggarkan aktivitas masyarakat untuk bepergian. Hal ini dapat menjadi potensi bagi sektor pariwisata untuk meningkatkan transaksi net foreign exchange.

Di sisi lain, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut bahwa pertumbuhan kredit perbankan diperkirakan masih akan meningkat secara bertahap pada 2023 seiring pemulihan aktivitas bisnis masyarakat.

"Sementara pertumbuhan penyaluran kredit bank juga diperkirakan masih akan dilakukan secara selektif dengan pengelolaan pencadangan yang memadai," tulis LPS dalam laporan likuiditas bulanannya.

Upaya selektif perbankan dalam menyalurkan kredit seiring dengan kekhawatiran ancaman resesi global dan inflasi. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar juga telah memperingati pelaku industri perbankan untuk mewaspadai perlambatan ekonomi di tingkat global yang menimbulkan kerawanan bagi sektor komoditas ataupun industri tertentu. 

Oleh sebab itu, eksposur kredit perbankan yang menyasar dua sektor tersebut perlu dikawal dengan baik.

Menghadapi kondisi itu, OJK pun telah menyiapkan sejumlah strategi sebagai langkah mitigasi.

“Dalam menghadapi situasi tersebut, tentunya kami sudah menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya adalah melakukan pengawalan pada sektor komoditas dan industri tertentu,” tutur Mahendra Siregar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper