Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba BTPS dan BRIS Melesat, Siapa Bank Syariah Paling Profit?

Bank Syariah Indonesia (BRIS) dan BTPN Syariah (BTPS) kompak mencetak pertumbuhan laba dua digit sepanjang 2022.
Pejalan kaki berjalan melewati logo PT BTPN Syariah Tbk. (BTPS) di Jakarta, Senin (13/1/2020)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pejalan kaki berjalan melewati logo PT BTPN Syariah Tbk. (BTPS) di Jakarta, Senin (13/1/2020)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Bank syariah ikut tersenyum sepanjang 2022. Pertumbuhan laba dua bank yang telah mempublikasikan laporan kinerja melesat hingga dua digit. 

PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) sepanjang 2022 mencatatkan laba Rp4,3 triliun atau tumbuh 42,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan perolehan laba pada 2021 yang mencapai Rp3,02 triliun.

Raihan positif tersebut juga dicatatkan oleh PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) yang diketahui mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,76 triliun pada 2022. Angka tersebut tumbuh 21 persen secara yoy dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp1,46 triliun per 31 Desember 2021.

Sementara pionir bank syariah yakni PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. terpantau belum melaporkan hasil kinerja keuangan full year-2022. Kendati demikian, pada kuartal III/2022 lalu Bank Muamalat diketahui mencetak pertumbuhan laba sebesar 332 persen menjadi Rp31,61 miliar pada kuartal III/2022 dari posisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya Rp7,31 miliar.

Secara lebih rinci, berikut laporan kinerja BSI dan BTPN Syariah sepanjang 2022.

Bank Syariah Indonesia (BRIS) 

Pada tahun ke-dua usai melakukan aksi korporasi mega merger, BRIS diketahui berhasil mencatatkan laba mencapai Rp4,26 triliun sepanjang 2022.

Berdasarkan laporan keuangannya, peningkatan laba tersebut seiring dengan peningkatan pendapatan penyaluran dana sebesar 10 persen yoy dari Rp18,6 triliun per Desember 2021 menjadi Rp20,46 triliun per Desember 2022.

Sementara dari sisi rasio profitabilitas, BSI mencatatkan peningkatan net operating margin (NOM) 42 basis poin (bps) menjadi 2,17 pada 2022. Bank berkode emiten BRIS ini juga mencatatkan ringkat pengembalian modal (return on equity/ROE) sebesar 16,84 persen dan tingkat pengambalian aset (return on asset/ROA) 1,98 persen sepanjang 2022.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan bahwa kinerja moncer BSI itu tidak lepas dari dampak merger. "BSI masuk tahun kedua merger. Dampak merger membawa dampak positif ke perbankan syariah," katanya dalam paparan kinerja BSI triwulan IV 2022 pada Rabu (1/2/2023).

Adapun dari sisi aset, BRIS juga mencatatkan pertumbuhan total aset mencapai 15 persen menjadi Rp305,72 triliun pada Desember 2022 dari posisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp265,28 triliun.

Pertumbuhan total aset tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan piutang ebesar 21 persen secara tahunan mencapai Rp133,99 triliun dari Rp110,70 triliun pada Desember 2021.

Di samping itu, perseroan mencatatkan baki pembiayaan sebesar Rp207,7 triliun pada 2022, naik 21,3 persen yoy. Pertumbuhannya ditopang oleh kemampuan BSI dalam menjaga kualitas pembiayaan. 

Rasio pembiayaan macet atau nonperforming financing (NPF) gross BSI turun dari 2,9 persen per 2021 menjadi 2,4 persen per 2022. Lalu, NPF nett BSI juga turun dari 0,8 persen per 2021 menjadi 0,5 pada tahun lalu.

Sementara dari sisi pendanaan, BSI juga mencatat peningkatan dana simpanan wadiah berupa giro dan tabungan, yakni 13,28 persen yoy menjadi Rp66,01 triliun. Kemudian, dana investasi nonprofit sharing naik 11,06 persen ke angka Rp195,47 triliun.

Bank BTPN Syariah (BTPS)

Menyusul laporan kinerja BRIS, Bank BTPN Syariah (BTPS) juga diketahui membukukan laba mencapai 21 persen secara tahunan menjadi Rp1,76 triliun sepanjang 2022.

Adapun mengacu pada laporan laba-rugi yang dibagikan perseroan, utamanya laba BTPS didorong oleh pendapatan dari piutang murabahah yang tumbuh 15 persen secara tahunan sebesar Rp5,04 triliun pada Desember 2022 dari Rp4,40 triliun pada Desember 2021.

Sementara dari sisi rasio profitabilitas, BTPS mencatatkan peningkatan NOM 49 bps menjadi 12,03 persen pada 2022. Sementara itu, BTPS mencatatkan ROE sebesar 24,68 persen atau naik 101 bps dan ROA 11,36 persen atau naik 64 bps sepanjang 2022.

Direktur Keuangan BTPN Syariah Fachmy Achmad melaporkan total aset BTPN Syariah mencapai Rp21,2 triliun pada 2022. Selain itu, pembiayaan mencapai Rp11,5 triliun. Angka tersebut tumbuh 10 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 10,4 triliun.

“Pertumbuhan pembiayaan ini disertai dengan kualitas pembiayaan yang tetap sehat tercermin dari nonperforming financing di bawah ketentuan regulator. Bank juga tercatat masih memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang kuat di level 53 persen jauh di atas ketentuan dan rata-rata industri bank syariah,” kata Fachmy. 

Rasio NPF gross BTPN Syariah justru terpantau naik 28 basis poin dari 2,37 persen per 2021 menjadi 2,65 persen per 2022. 

Sementara dari sisi pendanaan, BTPS mencatat peningkatan dana simpanan wadiah berupa giro dan tabungan, yakni 7 persen yoy menjadi Rp2,2 triliun yang utamanya ditopang oleh pertumbuhan tabungan sebesar 7 persen mencapai Rp2,17.

Pada periode yang sama, giro terkoreksi cukup dalam atau sebesar 32 persen menjadi Rp27,64 miliar dari posisi sebelumnya Rp40,87 miliar pada Desember 2021.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Alifian Asmaaysi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper