Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Asuransi Syariah Positif di 2022, Bagaimana Potensinya Tahun Ini?

Kinerja asuransi syariah tercatat mengalami pertumbuhan yang terlihat dari total aset yang mencapai Rp45,02 triliun pada Desember 2022.
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia/AASI
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia/AASI

Bisnis.com, JAKARTA – Industri asuransi syariah memiliki potensi besar untuk tumbuh seiring dengan kinerja asuransi syariah yang terus bergerak positif sepanjang 2022.

Merujuk data Statistik Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Syariah yang diterbitkan OJK pada Senin (30/1/2023), kinerja asuransi syariah tercatat mengalami pertumbuhan yang terlihat dari total aset yang mencapai Rp45,02 triliun pada Desember 2022. Aset tersebut tumbuh 3,53 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp43,49 triliun pada Desember 2021.

Selain itu, OJK mencatat kontribusi bruto di asuransi syariah juga mengalami pertumbuhan hingga 16,38 persen yoy, atau naik dari Rp23,69 triliun menjadi Rp27,57 triliun pada Desember 2022. Sementara itu, hasil investasi melesat 108 persen yoy menjadi Rp1,19 triliun dari semula hanya membukukan nilai Rp574 miliar.

Di samping itu, berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), jumlah penduduk muslim di Indonesia sebanyak 237,53 juta jiwa per 31 Desember 2021.

Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) optimistis industri asuransi syariah akan mengalami pertumbuhan yang solid hingga mencatatkan double digit sampai dengan akhir 2023. Sejumlah faktor yang menjadi pemicu pertumbuhan, salah satunya adalah dicabutnya masa PPKM.

Direktur Eksekutif AASI Erwin Noekman menuturkan selepas masa pandemi yang ditandai dengan dicabutnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), maka pergerakan ekonomi di bulan ramadhan di tahun ini akan semakin menggeliat, di mana masyarakat akan mulai mengadakan perjalanan untuk mudik, dan sebagainya.

“Kami melihat ini menjadi salah satu faktor yang akan membantu pertumbuhan asuransi syariah,” ujar Erwin kepada Bisnis baru-baru ini.

Asosiasi juga melihat adanya beberapa peluang usaha baru di industri asuransi syariah, seperti kembali menggeliatnya perjalanan umroh yang harus menggunakan asuransi syariah. Diikuti dengan proyek pembangunan infrastruktur melalui prinsip syariah yang pendanaannya bersumber dari sukuk.

Adapun, PT Prudential Sharia Life Assurance (Prudential Syariah) sebagai pelaku di industri asuransi jiwa syariah juga meyakini industri asuransi syariah akan mengalami pertumbuhan pada 2023.

Chief Financial Officer Prudential Syariah Paul Setio Kartono menuturkan bahwa apabila pendapatan per kapita Indonesia mampu mencapai US$5.000, maka kebutuhan akan asuransi dapat naik menjadi kebutuhan sekunder. Adapun, saat ini, Paul menyampaikan bahwa asuransi masih berada di urutan ketiga atau tersier.

“Pada saat income GDP [gross domestic product] per kapita menyentuh US$5.000, maka asuransi akan melonjak sebagai kebutuhan sekunder. Itu karena asuraansi merupakan gateway perencanaan kesehatan, pendidikan, dan pensiun,” kata Paul dalam Workshop Jurnalis 2023 bersama Prudential di Royal Tulip Golf Resort Gunung Geulis, Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/2/2023).

Paul menuturkan Prudential Syariah juga sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk mendapatkan porsi apabila pendapatan per kapita mampu menyentuh US$5.000, salah satunya dengan menyediakan inovasi produk dan membidik pangsa pasar seperti asuransi kesehatan, jiwa, hingga investasi unit-linked atau PAYDI yang akan dilengkapi dalam bentuk kerja sama.

“Kami juga akan memiliki platform untuk menjangkau masyarakat dengan murah, cepat, dan memberdayakan tenaga penjual syariah dan sekarang kami punya 130.000 agen dan itu terus kita berdayakan,” ujarnya.

Paul menyampaikan bahwa Prudential Syariah melakukan sinergi dan integrasi untuk memastikan perkembangan ekosistem keuangan syariah melalui inovasi dan digitalisasi, kolaborasi, serta penguatan dan harmonisasi ekosistem.

Menurut Paul, dengan bertambahnya jumlah masyarakat kelas menengah menandakan bahwa masih banyak peluang agar asuransi syariah dapat menembus pasar asuransi jiwa di Indonesia. Kendati demikian, asuransi jiwa syariah masih diadang tantangan berupa literasi, sumber daya manusia (SDM), hingga ekosistem pendukung.

Paul menuturkan bahwa tingkat literasi asuransi syariah di Indonesia hanya mencapai 3,99 persen atau jauh lebih kecil dari tingkat literasi asuransi pada umumnya, demikian data Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) 2019. 

Jika melihat secara keseluruhan, OJK menyampaikan bahwa indeks literasi keuangan syariah untuk masyarakat Indonesia meningkat dari 8,93 persen pada 2019 menjadi 9,14 persen di posisi 2022. Sementara itu, tingkat inklusi keuangan syariah juga menunjukkan peningkatan menjadi 12,12 persen pada 2022, dari sebelumnya hanya berada di angka 9,1 persen pada periode survei 2019.

Tantangan lainnya di industri asuransi syariah adalah program edukasi keuangan syariah yang tersedia belum sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan industri, serta kompetensi SDM yang harus distandarisasi agar lebih memahami industri asuransi jiwa syariah.

“Masih terbatasnya regulasi dan fatwa mengenai keragaman produk asuransi syariah juga menjadi tantangan di industri asuransi syariah untuk berkembang,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper